Kamis, 2 Oktober 2025
ABC World

Plagiarisme Ditindak Lebih Serius Ketimbang Pemerkosaan di Kampus

Di tengah musim penerimaan ribuan mahasiswa baru, sebuah kelompok advokasi telah mengklaim, kekerasan terhadap perempuan masih merupakan…

Di tengah musim penerimaan ribuan mahasiswa baru, sebuah kelompok advokasi telah mengklaim, kekerasan terhadap perempuan masih merupakan masalah besar di kampus-kampus dan ditutup-tutupi.

Kelompok advokasi ‘End Rape on Campus Australia’ (Akhiri Perkosaan di Kampus Australia) telah membuat pengajuan kepada Komisi Hak Asasi Manusia Australia, yang akan menurunkan laporan tentang masalah ini pada akhir tahun 2017.

Pendiri dan direktur kelompok ‘End Rape on Campus Australia’, Sharna Bremner, mengatakan, pengajuan ini menunjukkan bahwa situasi pemerkosaan di kampus begitu mengerikan.

"Kami pastinya bekerja sama dengan sejumlah mahasiswa yang universitasnya -telah mencoba untuk menutupi tindakan kekerasan itu -mencoba untuk membungkam mereka," sebut Sharna Bremner.

"Menurut saya, hal-hal semacam itu terjadi secara lebih teratur daripada yang kita perkirakan. Kami memiliki sejumlah staf dari universitas yang memberitahu kami bahwa hal-hal ini terjadi juga," sambungnya.

Bremner mengatakan, permohonan Kebebasan Informasi yang telah dilayangkan ke universitas dan polisi menunjukkan adanya 500 keluhan resmi selama lima tahun terakhir.

"Sebanyak 145 dari mereka terkait secara khusus dengan pemerkosaan, lainnya adalah berbagai bentuk kekerasan dan pelecehan seksual," ujarnya.

"Hanya ada enam tindakan tegas yang dilakukan dari 500 keluhan resmi tersebut," imbuhnya.

Plagiarisme ditindak lebih serius ketimbang pemerkosaan

Presiden Dewan Perwakilan Mahasiswa di Universitas Sydney, Isabella Brook, mengatakan, sejumlah universitas mengecewakan mahasiswa, terutama para perempuan.

"Universitas memperlakukan pelanggaran akademis seperti plagiarisme jauh lebih serius daripada pemerkosaan," sebutnya.

"Benar-benar mengecewakan, mereka tak mendukung para penyintas. Tampaknya mereka menghindari publisitas yang buruk," kata Isabella Brook.

Ia menuturkan, tahun lalu, ada banyak kejadian yang terungkap di asrama Universitas Sydney. Banyak mahasiswa perempuan berbicara tentang pengalaman kekerasan dan pelecehan seksual yang mereka alami dan mengkampanyekan perubahan.

"Tahun lalu, kami telah melakukan beberapa kampanye besar yang menuntut adanya tindakan terhadap kekerasan seksual di kampus, termasuk sistem pelaporan yang layak dan meningkatkan dukungan bagi perempuan yang menjadi korban,” jelas Isabella.

"Kami terus-menerus mendapat laporan mahasiswa yang menyebut bahwa mereka tak mendapat dukungan ketika mengalami masalah kekerasan seksual di kampus, kami menemukan hal itu cukup lazim di antara mahasiswa perempuan dan mahasiswa internasional," tambahnya.

Budaya di kampus harus berubah

Presiden Serikat Pekerja Pendidikan Tinggi Australia, Jeannie Rea, mengatakan, pihak universitas menangani isu kekerasa seksual di kampus selama bertahun-tahun.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved