Jumat, 3 Oktober 2025

Lisa jalani rekonstruksi wajah 'terakhir'

Siti Nur Jazilah korban siraman air keras dengan wajah rusak parah menjalani operasi pembentukan kembali wajahnya yang ke-17 di RSU Dr Soetomo Surabaya.

Teknik rumit dan waktu panjang yang dibutuhkan utnuk melakukan rekonstruksi wajah dan leher korban kekerasan akibat siraman air keras, Siti Nur Jazilah kemungkinan akan berakhir setelah operasi ke 17 yang dilangsungkan Rabu (27/2) di RSU Dr Soetomo Surabaya, hari ini.

Lisa sudah menjalani 16 kali prosedur pembedahan sejak 2006 tiap sesi berlangsung antara tiga hingga 12 jam di ruang bedah.

Kerusakan wajahnya begitu parah saat pertama dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan, perempuan cantik asli Turen, Malang Jawa Timur sempat mengalami kesulitan bernapas karena tulang hidungnya melekat akibat siaraman air keras.

"Kita harapkan ini yang terakhir, meski pun kita tidak bisa bikin Lisa cantik lagi tapi ini hasil maksimal yang bisa diupayakan," kata Ketua Forum Pers RSU Dr Soetomo, Dr Urip Murtedja.

Rumah sakit terbesar di Surabaya itu membentuk sebuah tim lintas keahlian untuk menangani upaya reka ulang wajah Lisa yang terdiri dari sekitar 50 orang. Sebagian dokter bergelar profesor dan guru besar dari Universitas Airlangga dengan bidang keahlian dari bedan, anestesi hingga psikologi.

Tim merekonstruksi wajah Lisa dengan mereka ulang dagu, bibir, pipi, kelopak mata dan leher.

"Seluruhnya dilakukan dengan bedah mikroskopik yang sangat detil dan rumit jadi memang harus berulang-ulang dan dalam waktu lama," tambah Urip.

Prosedur bedah mekroskopik dengan mengganti jaringan parut akibat rusak oleh benda berbahaya seperti air keras dengan jaringan yang diambil dari tubuh pasien sendiri ini diyakini baru pertama dilakukan di Indoensia.

"Skala rekonstruksinya sangat luas, operasinya saja belasan kali dan tekniknya sangat canggih," kata Urip.

'Sudah realistis'

Operasi bedah

Selain operasi fisik, Lisa juga menjalani terapi psikologi dengan harapan dapat hidup mandiri .

Lisa, 28, juga menjalani terapi psikologi terus-menerus selama jalannya perawatan sejak enam tahun lalu.

Operasi rekonstruksi wajah akibat kejadian kekerasan dan traumatis menurut dokter sering kali gagal justru karena pasien tak siap dengan realitas pasca pembedahan.

"Lisa juga takut nanti tidak cantik lagi, dulunya kan dia primadona to," jelas Urip Murtedja.

Tapi sejak operasi ke-12 menurut tim dokter perempuan yang kini hidup mandiri dengan membuat asesori ini sudah mampu menerima kenyataan. Bolak-balik keluar masuk RS Lisa rajin ikut kegiatan sosial sekitar RS termasuk pameran karya kerajinannya agar dapat hidup mandiri.

"Jadi kita bukan cuma tangani operasi fisiknya tapi juga menyiapkan mentalnya, ini satu paket."

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved