Jumat, 3 Oktober 2025

Dosen di Surabaya Buat Kapal Penghancur Enceng Gondok

Sampai saat ini, sangat sulit melenyapkan enceng gondok di sepanjang anak Kali Bengawan Solo di Lamongan,

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Dosen di Surabaya Buat Kapal Penghancur Enceng Gondok
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Sampai saat ini, sangat sulit melenyapkan enceng gondok di sepanjang anak Kali Bengawan Solo di Lamongan, Surabaya, dan kali-kali besar lainnya. Tanaman ini tidak saja bandel, tapi memang sulit dilenyapkan. Akibatnya, selain mengganggu arus air, transportasi air untuk masyarakat tambak di sekitar kali-kali itu terhambat. Padahal kali sebagai sarana utama mengangkut hasil tambak.

Sejauh ini, belum ada alat yang efektif melenyapkan tanaman mengapung kuat di permukaan air itu. Selama ini hanya dengan cara manual, yaitu menyewa sejumlah pekerja untuk menarik dan mengangkat enceng gondok. Selain ongkos minimal Rp 1 juta untuk satu titik, hasilnya juga tak maksimal.

Politeknik Negeri Perkapalan Surabaya (PPNS) mencermati kondisi tersebut, dengan menciptakan perahu khusus pencacah enceng gondok. "Butuh setengah tahun membuatnya. Tapi kami memang sudah merancang sejak 2011 lalu," kata perancang perahu Tri Tiyasmihadi, dosen manufaktur PPNS kepada surya.co.id, Minggu (10/2/2013).

Perahu ini mampu mencacah habis seluruh tanaman enceng gondok, saat kandaraan air ini mengapung. Mulai dari akar, batang, hingga daunnya dibabat habis tinggal serpihan. Komponen utama pencacah enceng gondok itu, diletakkan di bodi depan perahu. "Seperti halnya mengoperasikan hand tractor, tapi kemudi dan pengendali ada di atas perahu. Operatornya berdiri sambil mengendalikan mesin pencacah lengkap dengan mata pisau," lanjut Tri.

Perahu pencacah enceng gondok yang pertama kali ada di Indonesia ini murni buatan PPNS. Mulai dari desain, lambung perahu, pencacah lengkap dengan mata pisau, semua karya mahasiswa dan dosen PPNS. Perahu ini berkapasitas angkut hingga 800 kg, dengan panjang 6 meter, lebar 2,5 meter dan tinggi 0,75 meter. Sementara sarat kapal atau tinggi apung mencapai 0,5 meter. "Model lambung atau sisi depan perahu katamaran, yakni kita belah jadu dua agar laju dan gerakannya bisa stabil. Manuver juga gesit, untuk menjangaku di titik enceng gondok," kata Tri.

Perahu yang mereka sebut Crusher Boat ini, berbahan fiber glass, sementara untuk traktor dengan lima pisau pencacah terbuat dari logam. Semua dibuat sendiri dengan mesin CNC di bengkel kampus. Hanya mesin penggerak motor yang dibeli dan dirangkai sendiri.

Mata pisau sengaja didesain model bintang.  Ada lima tempat mata pisau yang terpasang membentang membelah sungai. Saat dioperasikan, pergerakan pisau pencacah akan memutar dan mencabik-cabik enceng gondok. "Sejam kami bisa lenyapkan 2 km persegi enceng gondok, hanya butuh 50 liter bensin. Mata pisau runcing berbentuk bintang agar tak mudah terlilit di bagian asnya," kata Tri.

Kini, perahu pencacah enceng gondok ini telah dipesan sejumlah daerah. Salah satunya Lamongan untuk  warga petambak di Desa Blawi, Kecamatan Karangbinangun. Karena masih protype, harganya masih mahal. Tri mengakui menghabiskan lebih dari Rp 100 juta.

Warga kampung tambak di Blawi setiap musim hujan selalu urunan hingga mencapai Rp 1 juta lebih hanya untuk sewa tenaga pembersih enceng gondok. Di Kali Blawi (anak Kali Bengawan Solo) sepanjang 27 km permukaan airnya kerap tertutupi oleh enceng gondok. Lebar kali ini 6 meter dengan kedalaman rata-rata 2 meter. "Warga patungan untuk tenaga pembersih enceng gondok. Kalau ada enceng gondok, perahu untuk mengangkut hasil tambak tidak bisa jalan," ucap Samian, warga Desa Blawi. (Surya/Nuraini Faiq)

Baca juga:


Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved