Sabtu, 4 Oktober 2025

Hampir Semua Petani di Lembang Gagal Panen

sebagian besar komoditas sayuran yang ditanam petani tak berhasil dipanen.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Hampir Semua Petani di Lembang Gagal Panen
TRIBUNNEWS.COM/HENDRA GUNAWAN
Tomat

Pasokan untuk Bandung Terancam

TRIBUNNEWS.COM  LEMBANG,  - Cuaca ekstrem yang melanda kawasan Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada beberapa minggu terakhir, dikeluhkan para petani di kawasan Lembang. Erus (44), salah seorang petani di Lembang, mengatakan sebagian besar komoditas sayuran yang ditanam petani tak berhasil dipanen. Wortel, kol, bunga kol, brokoli dan sayuran lainnya juga membusuk karena terlalu sering diguyur air hujan.

Para petani komoditi sayuran Lembang kini mulai kebingungan untuk memenuhi pesanan sayuran yang berasal dari Kota Bandung dan sekitarnya.

"Paling hanya 20 hingga 30 persen yang bisa dipanen. Sisanya tak bisa dijual karena rusak  diguyur hujan tiap hari," jelas Erus saat ditemui di kawasan Desa Cibodas, Lembang, Senin (4/2/2/2013).

Menurut dia, petani yang mengalami gagal panen tidak hanya satu atau dua orang melainkan hampir semua petani. Akibatnya sudah dapat ditebak yakni saat ini harga sejumlah komoditas sayuran mulai merangkak naik disebabkan karena minimnya stok sayuran yang dimiliki para petani Lembang.

Lonjakan harga sejumlah komoditas sayuran tersebut, kata dia, sama sekali tidak membuat para petani ketiban untung besar. Sebaliknya, para petani justru mengalami kerugian karena mereka kesulitan menjual sayuran dikarenakan harganya yang tiba-tiba melonjak.

"Karena cuaca buruk ini harga sayuran di pasaran menjadi naik karena pasokan sayuran menjadi berkurang drastis," kata dia.

Menurutnya, lonjakan harga itu berlaku untuk hampir semua jenis sayuran. Demikian pula dengan daerah sebaran petani yang merugi itu. Selain Cibodas, ia menyebutkan petani di desa tetangga seperti Suntenjaya, Wangunharja, dan Mekarwangi pun mengalami kegagalan panen.

Ia mencontohkan, untuk komoditas tomat misalnya, harganya saat ini yaitu Rp 8.000 per kilogram. Padahal sebelumnya arag tomat biasanya paling tinggi hanya mencapai Rp 5.000 per kilogramnya.

Bukan hanya tomat, cabe keriting pun ikut terserang penyakit yang menyebabkan busuk daun dan layu pohon. Akibatnya, produktivitas cabe keriting pun menurun drastis.

Ia menambahkan, harga jual yang tinggi bukan hanya karena hukum ekonomi di mana minimnya stok menyebabkan tingginya harga, melainkan pada musim penyakit petani harus mengeluarkan kocek lebih dalam untuk membeli obat-obatan maupun vitamin bagi sayuran yang ditanamnya dan sedikit banyak mempengaruhi nilai jual ke pasaran.

Petani lainnya, Ujang (52) yang memiliki 1 hektar kebun sayur di Desa Kayu Ambon, Lembang mengatakan produksi pertaniannya saat ini mengalami penurunan drastis akibat pengaruh buruk cuaca ekstrem. Sejumlah komoditi sayuran yang ia tanam seperti tomat, kol dan kentang tidak bisa dipanen karena membusuk atau rusak.

"Sekarang hasil pertanian menurun. Paling hanya 30 persen yang bagus dan masih bisa dipanen dan dijual," katanya.

Selain tomat, harga kacang buncis juga saat ini dijual dengan harga Rp 7 ribu dari awalnya Rp 4 ribu per kilogramnya. Jenis sayuran lain seperti brokoli, kentang, dan burkol juga mengalai kenaikan karena sebagian besar tidak bisa dipanen karena membusuk akibat pengaruh cuaca ekstrem. (zam)

Baca  Juga :

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved