Isu SARA Merebak di Jember, Ratusan Warga Tolak Pengalihan Masjid
"Warga tak terima, karena saat dibangun, masjid itu atas swadaya masyarakat," ujar Abdul Basit, salah satu warga.
Laporan dari Imam Hidayat wartawan surya
TRIBUNNEWS.COM, JEMBER - Isu SARA kembali merebak Jember. Kali ini terjadi di Desa Pakusari, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, Selasa (29/1/2013).
Setelah sepekan sebelumnya kerusuhan berbau SARA terjadi di Puger.
Isu SARA berawal dari kabar dijualnya masjid Roudlatul Nasihin di Dusun Krajan, Desa Pakusari. Isu itu muncul berikut dijualnya tanah sekitar masjid berikut rumah Ali Sukarman. Karena lokasi masjid menjadi satu dengan halaman rumah Ali Sukarman.
Terbakar isu masjid dijual itulah, ratusan warga pun meluruk ke lokasi masjid, Senin (28/1) malam. Namun, aksi massa ini sempat diredam. Pagi harinya, Selasa (29/1), warga kembali beraksi. Kali ini warga meluruk balai desa.
Info yang diperoleh dari warga, masjid yang ada di sebelah kiri jalan jalur Jember-Banyuwangi itu diperjual- belikan Ali Sukarman ke Supratono.
"Warga tak terima, karena saat dibangun, masjid itu atas swadaya masyarakat," ujar Abdul Basit, salah satu warga.
Menurutnya, warga meminta agar tidak ada kegiatan apapun di masjid itu, kecuali untuk sholat.
Namun isu jualbeli masjid ini dibantah Ali Sukarman. Menurutnya, semula kawasan itu, merupakan kawasan pesantren miliknya. Namun, karena tak bisa berkembang. Akhirnya, tanah seluas 1.300 meter persegi itu ia alihkan.
"Kami tidak mampu mengembangkan pesantren yang ada. Bangunan-bangunan yang ada sudah rusak semua. Lalu saya hibahkan kepada perserikatan. Bukan dijual," ujarnya.
Ia juga menunjukkan bukti tertulis tentang hibah itu, berikut juga tandatangan RT dan RW. Ia juga membantah, jika masjid yang dihibahkan tersebut dibangun panitia.
"Masjid itu saya bangun sendiri, bukan panitia. Dan itu tidak dijual," kata dia.
Kepala Desa Pakusari Misjo mengatakan, isu itu merebak diawali dengan adanya pelantikan pengurus Muhammadiyah pada hari Minggu lalu.
"Warga sekitar kan mayoritas Nahdliyin, jadi tidak terima," katanya.
Akhirnya, kemarahan warga mereda setelah Supratono, wakil dari Muhammadiyah memberikan kepastian untuk sementara tidak akan ada kegiatan apapun, kecuali hanya salat berjamaah.
"Saya belum bisa memberi keputusan, tetapi untuk sementara memang tidak akan difungsikan untuk kegiatan lain kecuali untuk sholat," katanya.
Ia katakan, kawasan itu rencananya akan dijadikan Ponpes Muhammadiyah.