Sabtu, 4 Oktober 2025

Enam Bagan di Pantai Oesapa-Kupang Hancur Diterjang Gelomban

Terhitung sudah enam bagan tanam milik para nelayan Oesapa dalam empat hari belakangan ini hancur diterjang gelombang

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Enam Bagan di Pantai Oesapa-Kupang Hancur Diterjang Gelomban
Bagan dipantai

Laporan Wartawan Pos Kupang, Salomo Haba dan Sipri Seko

TRIBUNNEWS. COM, KUPANG -- Terhitung sudah enam bagan tanam milik para nelayan Oesapa dalam empat hari belakangan ini hancur diterjang gelombang. Diperkirakan, bagan yang jatuh atau rubuh masih akan bertambah karena selain kondisinya sudah miring, gelombang tinggi dan besar masih terjadi.

Beberapa nelayan yang ditemui di Oesapa, seperti La Ode, Amin, Bhasir, Moe Adam dan lainnya Kamis (10/1/2013), mengatakan, gelombang tinggi sudah terjadi sejak akhir pekan lalu. Mereka mengakui, akibat gelombang tinggi, para nelayan di sana tidak berani melaut. Mengenai bagan milik para nelayan yang rusak, mereka mengaku tidak bisa berbuat banyak.

"Kami mau buat apa. Hanya bisa nonton saja. Kami biasa tunggu di pantai, sehingga kalau ada yang hanyut, kami kumpulkan bambunya yang mudah-mudahan masih bisa dipakai lagi. Ada yang memang hancur total," ujar Bhasir.

Ia mengatakan, akibat kerusakan itu, para nelayan rugi ratusan juta rupiah. Ia mengakui, satu bagan tanam (pakai bambu) komplet, harganya hampir Rp 100 juta. "Bagan-bagan ini adalah mata pencaharian kami. Kalau rusak, kami terpaksa harus mencari usaha lain seperti jual ikan di pantai atau apa saja yang penting bisa dapat uang untuk menghidupi keluarga kami," tambah Amir.

Gelombang tinggi yang terjadi beberapa hari terakhir cukup berdampak pada aktifitas nelayan di pesisir pantai Oesapa, Nunsui dan Lasiana. Para nelayan lebih memilih tidak melaut ketimbang harus menerima risiko besar saat menangkap ikan dengan cuaca tidak bersahabat seperti ini.
Mereka mengaku, ketinggian gelombang bisa mencapai 4- 5 meter sehingga bisa menghanyutkan kapal-kapal yang ada.

Menurut mereka, cuaca buruk akibat yang terjadi beberapa hari terakhir sangat mengganggu aktivitas melaut. Tak ayal, hal ini juga berpengaruh terhadap pendapatan mereka. Bhasir, pemilik kapal 'Kareba', mengaku, sudah empat hari tidak mencari ikan. Kapal miliknya terpaksa ditarik ke pinggiran pantai akibat kondisi gelombang yang kian hari kian meninggi. Pilihan untuk tidak melaut saat gelombang tinggi ini, katanya, menjadi hal terbaik ketimbang harus mengorbankan nyawa saat melaut.

"Cuaca buruk. Kalau paksa melaut bisa-bisa Kami yang korban. Ada beberapa kapal yang terbalik karena nekat cari ikan," ungkap Bhasir.

Pantauan Pos Kupang, Kamis, puluhan kapal ikan dilabuhkan oleh pemiliknya. Akibat gelombang yang tinggi dan keras, mereka terpaksa menarik kapalnya hingga badan jalan ataupun samping rumah. "Kalau ditambat di pantai, bisa saja tengah malam terlepas dan hanyut, sehingga kami harus tarik sampai di tempat kering," kata Bhasir. (aha/eko)

Baca Juga  :

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved