Senin, 6 Oktober 2025

Peternak Bebek Terancam Bangkrut

Ratusan peternak bebek di Kabupaten Bandung yang HPBI Kabupaten Bandung terancam gulung tika

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Peternak Bebek Terancam Bangkrut
Ilustrasi Beternak Bebek

TRIBUNNEWS.COM RANCAEKEK, - Ratusan peternak bebek di Kabupaten Bandung yang tergabung dalam Himpunan Peternak Bebek Indonesia (HPBI) Kabupaten Bandung terancam gulung tikar. Penyebabnya, harga jual bebek mereka turun drastis akibat isu flu burung yang merebak di Indonesia.

"Mau tidak mau kami harus menyesuaikan harga bebek asal Jawa Timur yang sering dikirim ke Bandung, Jakarta, dan Sumatra," ujar Ketua HPBI Kabupaten Bandung, Dadang Supriatna, ketika ditemui Tribun di Kampung Bojonggempol RT 03/RW 04, Desa Haur Pugur, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Minggu (6/1/2013).

Sejauh ini, kata Dadang, para peternak bebek di Kabupaten Bandung memang belum ada yang mengeluh tentang ternaknya yang terkena flu burung. Dia menyebut, flu burung baru menyerang unggas di sejumlah daerah, seperti Blitar, Tulungagung, Mojokerto, Kediri, dan Bangkalan.

Namun, kata Dadang, banyak peternak yang mulai mengeluhkan harga daging bebek yang turun. Mereka khawatir tak mampu lagi memasok permintaan bebek potong di wilayah Bandung yang cukup tinggi, yakni sekitar 6.000 ekor per hari.

"Tadinya kami masih bisa menjual daging bebek seharga Rp 30.000 sampai Rp 35.000 per kilonya ke konsumen. Sekarang kami hanya bisa menjual Rp 16.000 per kilonya. Harga tersebut tidak seimbang dengan biaya produksi kami," ujar Dadang.

Anjloknya harga itu, kata Dadang, disebabkan harga bebek dari Jatim yang turun karena banyak ditemukan tewas akibat flu burung. Padahal secara kualitas, bebek peternak di Kabupaten Bandung berbeda dengan bebek yang banyak dikirim dari Jatim itu.

"Kalau bebek dari Jatim kebanyakan bebek peking dan hibrida. Sedangkan kami (peternak bebek di Kabupaten Bandung) banyak beternak bebek parahyangan," ujar Dadang.

Dikatakannya, bebek parahyangan merupakan perkawinan silang antara bebek Magelang dan Tasikmalaya.  "Itu menjadi produk andalan para peternak kami," ujar Dadang.

Keluhan para peternak bertambah lantaran mereka kesulitan dalam hal permodalan. Akibatnya, para peternak yang memiliki modal kecil dipastikan bangkrut, sedangkan peternak yang bermodal besar merugi besar.

"Sekitar 50 persen peternak HPBI Kabupaten Bandung tidak lagi berjualan akibat ada isu seperti ini. Sebab, mereka hanya mendapatkan untung sekitar 40 persen dari hasil penjualan. Belum lagi para peternak yang modal kecil ini mereka hanya kerja sendiri," ujar Dadang.

Solusi untuk mengantisipasi bangkrutnya para peternak bebek di Kabupaten Bandung, kata Dadang, pemerintah harus menyetop kiriman unggas dari luar daerah, baik berupa bibit maupun dalam bentuk unggas. Menurutnya itu sebagai antisipasi agar pemasaran bebek asal Kabupaten Bandung tidak jatuh.

Selain itu, Dadang meminta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung segera melakukan penyuluhan kepada peternak bebek dan tindakan preventif terhadap lokasi peternakan bebek di Kabupaten Bandung. Para peternak belum mengetahui cara rutin membersihkan kandang, penyemprotan antiseptik, dan pemberian vitamin.

"Selama ini peternak bebek seperti dianaktirikan. Pemerintah lebih peduli dengan peternak ayam. Padahal bebek di Kabupaten Bandung cukup diminati konsumen," kata Dadang.
Negara barat seperti Kanada dan negara di Asia seperti Malaysia pun sudah mau menampung bebek potong dari wilayah Kabupaten Bandung. Menurutnya, setiap negara itu mau menampung sebanyak 10 ribu hingga 20 ribu ekor bebek potong. (cis)

Baca   Juga  :

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved