Korban Keracunan Mie Ayam di Kediri Mencapai 162 Anak
Hingga Kamis (20/12/2012) petang, total terdapat 162 korban keracunan acara Natal bersama di Kota Kediri, Jawa Timur.
Laporan Wartawan Surya, Didik Mashudi
TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Hingga Kamis (20/12/2012) petang, total terdapat 162 korban keracunan acara Natal bersama di Kota Kediri, Jawa Timur. Dari jumlah itu yang masih menjalani rawat inap sebanyak 150 anak, 12 rawat jalan.
RS Baptis menampung 101 korban , RS Bhayangkara 28 korban, RSUD Gambiran 26 korban dan Puskesmas Baluwerti 7 korban.
Kapolres Kediri Kota AKBP Ratno Kuncoro menjelaskan kasus keracunan massal dengan korban mencapai ratusan merupakan kejadian luar biasa sehingga mendapat atensi penanganan. “Kami berharap hasil uji labfor segera keluar supaya masyarakat tidak resah,” jelasnya kepada wartawan, Kamis (20/12/2012).
Dijelaskan Ratno, Tim Labfor Polda Jatim akan meneliti terkait proses kimiawi dari pengaruh makanan yang diduga penyebab keracunan. Sedangkan penelitian menyangkut bakteri yang menyebabkan keracunan bakal dilakukan tersendiri di laboratorium mikrobiologi.
Untuk menyelidiki kasus keracunan massal ini penyidik akan melakukan penyidikan investigasi ilmiah. Kepolisian tidak bisa menetapkan seseorang sebagai tersangka jika tidak didukung bukti ilmiah. Sejauh ini masih belum ada tersangka kasus keracunan massal serta baru meminta keterangan pihak-pihak yang terkait.
AKBP Ratno Kuncoro memberikan atensi khusus serta langsung memimpin penyelidikan kasus penyebab keracunan. Penjual mie ayam yang dipesan panitia telah dimintai keterangan petugas kepolisian.
Polisi juga bergerak cepat mengamankan sampel sisa mie ayam yang masih tersisa untuk dilakukan penelitian laboratorium Puslabfor Polda Jatim. Penjual mie ayam yang dimintai keterangan atas nama Hery Wahyudi (37) warga Jl Cendana, Kota Kediri.
“Penjual mie ayam bersama sampelnya sudah kami amankan. Termasuk muntahan pasien juga telah diambil untuk dilakukan penelitian. Jika terbukti penjualnya bisa dijerat undang-undang bahan pangan karena mengedarkan makanan yang berbahaya,” tandas Ratno Kuncoro.