Strategic Holding Semen Gresik Perkuat Pembangunan Ekonomi di Daerah
Terdapat potensi tekanan terhadap marjin yang sangat dipengaruhi oleh peningkatan persaingan bisnis.
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Arif Wicaksono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana mewujudkan strategic holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semen dengan membentuk PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. diharapkan bisa semakin memperkuat fondasi bisnis di masing-masing perusahaan yang menjadi anggota holding, yaitu Semen Tonasa, Semen Padang, dan Semen Gresik.
Dirut Semen Gresik, Dwi Soetjipto mengatakan, strategic holding dibentuk sebagai respons BUMN persemenan di bawah Semen Gresik Group terhadap perkembangan dunia bisnis, khususnya kompetisi di industri semen yang semakin ketat.
”Terdapat potensi tekanan terhadap marjin yang sangat dipengaruhi oleh peningkatan persaingan bisnis. BUMN persemenan harus melakukan optimalisasi kinerja, pelayanan dan kualitas pengelolaan bisnis. Karena itulah, kami di Semen Gresik Group yang terdiri atas tiga perusahaan melakukan transformasi korporasi menjadi Semen Indonesia,” ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta, (17/12/2012).
Strategic holding, jelas Dwi, akan memisahkan fungsi operasional dan fungsi holding. Selama ini, Semen Gresik Group yang terdiri atas Semen Tonasa, Semen Padang, dan Semen Gresik masih sebatas functional holding dimana Semen Gresik menjadi induk (holding) sekaligus pemain yang memproduksi dan memasarkan semen.
Ke depan, dengan terbentuknya strategic holding, ketiga pemain tersebut akan menjadi operating company berada di bawah payung PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
”Termasuk Semen Gresik akan menjadi operating company yang setara dengan Semen Tonasa dan Semen Padang,” jelasnya.
Berdasarkan kajian tim independen, pembentukan strategic holding dengan segala manfaat-manfaatnya diperkirakan dapat meningkatkan daya saing dan memberi kontribusi nilai tambah positif terhadap kelompok usaha semen.
Dwi menegaskan, strategic holding bukan berarti membatasi gerak masing-masing pemain. Semen Tonasa, Semen Padang, dan Semen Gresik tetap diberi kebebasan berinovasi mengembangkan pasar sesuai dengan karakter dan konteks masing-masing perusahaan.
”Strategic holding jangan diartikan nanti menjadi lebih sentralistik ke Semen Indonesia. Justru ini akan menguntungkan masing-masing perusahaan,” jelasnya.
Dwi mencontohkan, untuk pengembangan teknologi tertentu, misalnya, bisa dilakukan bersama-sama, sehingga ada standar mutu di lingkungan Semen Indonesia. Tujuan akhirnya, kinerja di masing-masing perusahaan terus meningkat.
Jika kinerja di masing-masing perusahaan tersebut terus meningkat, tentu saja dampak ke perekonomian di masing-masing daerah yang menjadi basis perusahaan juga akan semakin positif.
”Dampak pengganda (multiplier effect) ekonominya cukup besar. Misalnya dalam hal mendorong kegiatan ekonomi daerah, menyerap tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan menjadi stimulus bagi pembangunan infrastruktur di masing-masing daerah, mulai dari Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, hingga Jawa Timur dan Jawa Tengah,” kata Dwi.
Dirut Semen Tonasa, Andi Unggul Attas, menambahkan, integrasi bisnis melalui Semen Indonesia akan membuat rencana dan gerak bisnis perusahaan masuk dalam skala ekonomi karena dilakukan secara terpadu. Sinergi dalam lingkungan perusahaan bisa menciptakan supporting system untuk mewujudkan efisiensi sekaligus efektivitas dalam operasi bisnis.
Unggul menjelaskan, strategic holding memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada masing-masing perusahaan, yaitu Semen Tonasa, Semen Padang, dan Semen Gresik.
Kontribusi ke ekonomi daerah semakin besar karena kelompok usaha semen ini juga berkomitmen mewujudkan praktik swakelola dalam setiap ekspansi bisnisnya. Pabrik Tonasa V di Sulawesi Selatan, misalnya, lebih dari 90 persen menggunakan sumberdaya lokal, termasuk melibatkan pengusaha lokal dalam pengerjaan proyek.
Dirut Semen Padang, Munadi Arifin, menjelaskan, peningkatan kinerja di masing-masing perusahaan akan membuat kontribusi perusahaan ke daerah semakin besar.
Misalnya dalam hal pembayaran pajak untuk pembangunan di daerah. Pajak yang dibayarkan perusahaan ke daerah antara lain adalah Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Pemakaian Air Bawah Tanah, Pajak Galian C, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak Kendaraan Bermotor.
”Semakin kuat kinerja kami, semakin besar pula dampaknya ke ekonomi lokal. Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat seiring semakin besarnya pajak daerah dan retribusi yang kami bayar, penyerapan tenaga kerja membesar, dan multiplier effect lainnya seperti kenaikan permintaan sejumlah barang dan jasa, mulai dari kuliner, wisata, properti, sampai perhotelan,” jelas dia.
Selain di daerah-daerah yang menjadi basis pabrik Semen Padang, Semen Tonasa, dan Semen Gresik, dampak positif juga dirasakan daerah lain yang menjadi penyangga bisnis Semen Indonesia ke depannya. Di antaranya adalah daerah-daerah yang menjadi lokasi pabrik pengemasan (packing plant).
Sampai akhir 2012, kelompok bisnis ini akan memiliki 15 packing plant dan direncanakan pada tahun 2016 keseluruhan berjumlah 29 packing plant di seluruh Indonesia, mulai dari ujung timur hingga barat Indonesia.
Belum lagi pelabuhan khusus (special sea port) yang ada di delapan daerah, mulai Padang sampai Sorong. Masih ada juga sedikitnya 361 jaringan distributor yang mampu memberi kontribusi bagi daerahnya masing-masing. (*)
BACA JUGA: