Kendala Kebebasan Pers di Indonesia Menurut Bagir Manan
Kebebasan pers di Indonesia saat ini masih kerap terkendala oleh sejumlah kepentingan, dan kekuatan lain di luar pers.
Laporan Wartawan Tribun Jogja, M Fatoni
TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Kebebasan pers di Indonesia saat ini masih kerap terkendala oleh sejumlah kepentingan, dan kekuatan lain di luar pers.
Kondisi tersebut menjadikan ketidakpuasan di kalangan pekerja media, khususnya para jurnalis. Demikian disampaikan Ketua Dewan Pers Bagir Manan, pada acara SPS Summit di Hotel Inna Garuda Jogjakarta, Jumat (14/12/2012).
Ia menilai, kekuatan dan kepentingan tersebut sering menjadi penghambat pekerja media dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistik.
"Ini jelas menghambat kebebasan pers di Indonesia, lebih jauh lagi hal tersebut bisa mengancam independensi jurnalistik,” ucap Bagir.
Bagi Bagir, itu semua merupakan tantangan tersendiri bagi pekerja media di Indonesia. Terlebih, pada sejumlah kekuatan lain, semisal pejabat atau institusi daerah yang acapkali mendikte kalangan pers.
Bagir menilai, tantangan tersebut harus mampu dijawab oleh kalangan media, untuk tetap menjunjung indepensi demi tegaknya kebebasan pers di Indonesia. Menurutnya, komitmen tersebut wajib dimiliki oleh para pekerja media dalam menjalankan tugasnya.
“Saya kembali mengingatkan kepada segenap insan pers untuk berkomitmen mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia,” tuturnya.
Tantangan lain yang dihadapi kalangan media di Indonesia, adalah realita makin merebaknya media-media baru. Namun, tidak semua media mampu bertahan lama dan akhirnya hilang dari masyarakat.
Selain itu, munculnya fenomena wartawan abal-abal yang beberapa kali berkeliaran di tengah masyarakat, juga dianggap sebagai kendala. Kondisi tersebut, menurut Bagir bisa mengancam eksistensi dan citra pekerja pers profesional.
“Kendala-kendala tersebut kalau tidak segera diatasi dan dipecahkan, tentunya akan menjadi ancaman yang bisa merongrong kebebasan pers,” ucapnya. (*)