Rabu, 1 Oktober 2025

Hujan Deras Selama Dua Jam Bisa Picu Banjir Lahar Dingin

– Bahaya lahar dingin merapi hingga kini masih menjadi ancaman

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Hujan Deras Selama Dua Jam Bisa Picu Banjir Lahar Dingin
TRIBUN JOGJA/ADROZEN AHMAD
Sejumlah warga menonton jembatan Kali Opak yang tertimbun pasir dan bongkahan batu material vulkanik di Dusun di Dusun Pagerjurang, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan. Jembatan ini ditutup untuk kendaraan roda empat sejak seminggu yang lalu setelah banjir lahar dingin meluap pada Kamis (2/12/2010).

TRIBUNNEWS.COM SLEMAN, – Bahaya lahar dingin merapi hingga kini masih menjadi ancaman yang nyata. Terlebih, ketika memasuki musim hujan dengan curah hujan tinggi, kemungkinan tersebut bisa semakin besar. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran persnya, Senin (03/12/2012) menerangkan setidaknya kini masih ada 80 juta m3 material dalam bentuk endapan piroklastik yang tersebar ke sektor tenggara, selatan dan barat. Adapun jika terjadi hujan dengan intensitas lebih 20 mm selama dua jam secara terus menerus, maka dipastikan akan memicu terjadi aliran lahar.

“Potensinya ada di Kali Woro, Kali Gendol / Kali Opak, Kali Kuning, Kali Boyong / Kali Code, Kali Krasak, Kali Putih dan Kali Pabelan yang merupakan gabungan dari Kali Senowo, Kali Trising dan Kali Apu di sektor hulunya,” jelas Sutopo.

Oleh karena itu, untuk meminimalisir ancaman tersebut, Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Badan Geologi dan Universitas Gadjah Mada (UGM) melaksanakan program Rahasia Merapi. Sutopo menjelaskan, Rahasia Merapi sendiri merupakan kependekan dari Risk Analysis, Hazard Assessment, Information based on warning system and communities Awereness of Merapi.

Ada empat kegiatan dalam program yang telah dilakukan sejak bulan Maret 2012 itu, meliputi pemetaan dengan citra Lidar atau Light Detection and Ranging, serta pemodelan terjangan awan panas dan lahar dingin, kedua penyempurnaan sistem peringatan dini bahaya lahar secara real time, ketiga analisis ulang risiko bencana serta keempat penguatan kapasitas masyarakat.

Dengan citra Lidar ini, topografi alur sungai dapat ditampilkan dalam bentuk 3 dimensi dengan resolusi 15 cm. Hasilnya diketahui dusun-dusun yang diperkirakan akan terlanda awan panas secara akurat. Pemodelan lahar juga menunjukkan adanya wilayah yang berpotensi terkena limpasan lahar. Potensi limpasan terbanyak berada di daerah alur Kali Putih dengan limpasan maksimum 270 m dari bibir sungai. Sedangkan model aliran lahar di Kali Gendol menunjukkan tidak adanya ancaman langsung ke kawasan Obyek Wisata Candi Prambanan. Model aliran lahar di Kali Apu, Kali Trising, Kali Senowo berpotensi terjadi limpasan di pertemuan ketiga sungai tersebut yakni di alur Kali Pabelan.

Pemantauan visual lainnya, dilakukan melalui pengoperasian 15 unit sensor hujan di hulu sungai dan 19 unit sensor Acoustic Flow Monitoring (AFM) untuk mendeteksi pergerakan banjir lahar hujan. Peralatan ini juga dilengkapi dengan kamera sehingga pergerakan banjir lahar dingin bisa dipantau dengan lebih baik. Sedangkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, Sutopo mengklaim telah melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi masyarakat dan fasilitator. Penyampaian pesan-pesan penanggulangan bencana juga dilakukan melalui media cetak serta film tentang mitigasi bencana kepada masyarakat. Selain itu dibangun Sistem Informasi Kebencanaan Desa (SIKAD), yaitu membangun sistem informasi kebencanaan berbasis desa agar desa-desa terpencil memperoleh informasi Gunung Merapi secara cepat dan aktual untuk disampaikan kepada masyarakat.

Sementara itu, ketika dikonfirmasi Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandriyo menjelaskan, langkah pencegahan itu merupakan upaya maksimal pemerintah untuk meminimalisir dampak bahaya sekunder merapi. Hal itu penting dilakukan meskipun kini kondisi Gunung Merapi berada pada status normal. “Sekarang normal aktif, tidak ada peningkatan aktivitas,” ucapnya.

Dari hasil Rahasia Merapi itu, diperoleh informasi mengenai reevaluasi analisis resiko paska erupsi 2010, serta modeling sebaran awan panas yang mungkin terjadi di masa mendatang. Pihaknya yakin, proyek yang menelan dana hingga Rp 9 miliar ini mampu meningkatkan kapasitas masyarakat mengenai resiko dan mitigasi bencana. (mon)

Baca  Juga  :

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved