Jumat, 3 Oktober 2025

Tangisan Suka Cita di RST Atambua

Senyum dan tangis suka cita mewarnai kegiatan bakti sosial (baksos) operasi katarak Sido Muncul di Rumah Sakit Tentara (RST) Atambua

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Tangisan Suka Cita di RST Atambua
POS KUPANG/ vel
Pasien katarak, Yohanes bere, dipapah anaknya, Maria Gonda dan mantunya, Walfrida usai operasi katarak Sido Muncul di RST Atambua, Kamis (29/11/2012) siang.

Operasi Katarak Sidomuncul di Atambua

TRIBUNNEWS.COM ATAMBUA, --- Senyum dan tangis suka cita mewarnai kegiatan bakti sosial (baksos) operasi katarak Sido Muncul di Rumah Sakit Tentara (RST) Atambua, Kamis (29/11/2012).

Setiap pasien menjalani operasi katarak hampir 20 menit. Dan setelah  keluar ruang operasi, pasien disambut penuh sukacita oleh keluarganya yang menunggu di depan pintu ruang OK.

Tak sedikit bola mata keluarga pasien yang berkaca-kaca melihat satu persatu pasien katarak keluar dari ruang operasi dengan balutan ferban di mata.

Ada yang tersenyum, ada yang menangis bahkan ada yang hanya membisu.

"Akhirnya Bapak dioperasi dan besok sudah bisa melihat,  syukur Pada Tuhan. Terimakasih Sidomuncul," kata Maria Gonda dan  Walfrida menyambut ayahnya, Yohanes Bere di pintu ruang OK.

Hal senada disampaikan Salama (49) dan anaknya, Safri. "Saya senang bapak sudah dioperasi, dua tahun lalu operasi mata kanan, sekarang mata kirinya. Terimakasih pak dokter dan Sidomuncul," kata Safri.

Direktur Utama Sidomuncul, Irwan Hidayat  melalui Kordinator CSR Baksos Operasi Katarak, Retna Widawati mengatakan,  dari 133 pasien yang mendaftar, hanya 45 orang dioperasi. Karena  90 pasien lainnya punya riwayat darah tinggi, diabetes dan juga karena katarak yang dialami sudah dalam keadaan akut.

"Hari ini kita masih menerima pendaftaran pasien untuk menjalani  screening sehingga bisa menambah jumlah pasien," kata Wiwied.

Dengan penambahan itu maka target operasi terhadap 12.000 (bukan 2.000,red) pasien katarak di seluruh Indonesia sudah hampir terpenuhi. Kini sudah 11.000 lebih pasien katarak yang dioperasi.

Wiwied berharap pemerintah bisa menempatkan dokter spesialis mata dan spesialis lain di daerah perbatasan seperti di Atambua.

"Kasihan masyarakat harus menumpang bus atau travel menempuh perjalanan selama 7-8 jam untuk sampai ke Kupang menemui dokter spesialis disana," kata Wiwied.

KEPALA RSU Atambua, dr Hendrik F Bessin, M.Kes mengatakan hingga kini belum ada dokter spesialis mata namun pihaknya terus mengupayakan kehadiran dokter spesialis di RSU Atambua. "Dokter spesialis mata, spesialis syaraf di RSU, belum ada. Padahal pasien banyak. Sering terjadi pasien syaraf ditangani dokter penyakit dalam, atau dokter umum. Beginilah kondisi RSU Atambua," kata dr. Hendrik. (vel)

Baca  Juga  :

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved