Irene Puella Rosalina Si Cantik Atlet Terbang Layang
Orang tak akan menyangka jika sebenarnya wanita kelahiran Jakarta, 2 Oktober 1987 ini adalah atlet terbang layang
TRIBUNNEWS.COM SOLO, - Jika dilihat sekilas, Irene Puella Rosalina mirip seorang model. Dara yang biasa disapa Puella ini memiliki postur tubuh cukup tinggi, diatas 160 centimeter. Badannya langsing, rambutnya lurus panjang, dan kulitnya kuning langsat. Saat diminta berpose didepan kamera, Puella terlihat tak canggung.
Orang tak akan menyangka jika sebenarnya wanita kelahiran Jakarta, 2 Oktober 1987 ini adalah atlet terbang layang. Apalagi ia bukan atlet sembarangan karena merupakan peraih medali emas pada Pekan Olah Raga Nasioanl (PON) XVIII di Riau lalu. “Cita-cita saya sebenarnya pilot. Tapi tak apa, atlet terbang layang juga tak jauh-jauh dari angkasa,” katanya, Selasa (23/10/2012).
Pada PON lalu, wanita yang baru saja merayakan ulang tahun ke 25 tahun ini mengikuti nomor Duration Flight. Kelas duration flight sendiri mempertandingkan terbang dengan catatan waktu paling lama di udara untuk menjadi pemenangnya. Total waktunya melayang-layang di udara mencapai 25 menit. “Waktu saya 15 menit dironde pertama dan 9 menit di ronde kedua,” katanya.
Karena tak ada atlet lain yang bisa melebihi waktunya, Puella pun berhak mendapatkan medali emas. Hebatnya lagi, medali itu langsung ia dapatkan saat baru kali pertama mengikuti PON. Ia tak pernah menyangka bisa mendapatkan emas karena para pesaingnya terbilang atlet hebat. “Sempat deg degan, tapi lega akhirnya dapat emas,” ujarnya yang saat ini sudah menjadi warga Solo ini.
Kecintaan Puella pada dunia terbang layang berawal dari ketidak sengajaan. Saat itu sekitar tahun 2002, ia melihat dibagian belakang mobil ayahnya terdapat towing. Penasaran, ia lalu bertanya pada sang ayah kegunaan alat tersebut. Setelah tahu jika alat itu digunakan untuk terbang layang, ia semakin penasaran.
Puella lalu mulai jatuh cinta pada terbang layang. Namun sayang minatnya pada terbanglayang ditentang oleh orang tua yang tak sejutu. Sebab, olah raga itu dirasa terlalu berbahaya bagi perempuan karena bermain-main dengan ketinggian tanpa parasut. “Tapi saya tetap nekad. Saya ikut berbagai kejuaraan hingga akhirnya terpilih mewakili Jateng di PON kemarin,” ujarnya. (dik)
Baca Juga :
- Gerbong Kereta Sudah Diangkat 7 menit lalu
- Yogyakarta Memiliki Nilai Lokal Kuat 14 menit lalu
- Warung Kaki Lima Jadi Target Penjambret di Bon