Kamis, 2 Oktober 2025

CIMB Niaga Genjot Kredit Perkebunan Melalui Pola Inti Plasma

PT Bank CIMB Niaga Tbk terus meningkatkan penyaluran kredit di sektor perkebunan melalui pola

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto CIMB Niaga Genjot Kredit Perkebunan Melalui Pola Inti Plasma
kompas.com
Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Bank CIMB Niaga Tbk terus meningkatkan penyaluran kredit di sektor perkebunan melalui pola kemitraan inti plasma. Pola kemitraan inti plasma menjadi skema yang cukup diminati perbankan di Tanah Air, selain penetrasi yang lebih maksimal, pihak bank juga bisa meminimalisir risiko terjadinya pinjaman bermasalah, karena perusahaan induk selaku inti, juga turut menyeleksi mitra binaannya yang layak mendapatkan pembiayaan.   

Handoyo Soebali, Direktur Commercial Banking & Syariah CIMB Niaga mengungkapkan, pola kemitraan inti plasma merupakan model kemitraan yang dirancang untuk memacu perkembangan suatu usaha berskala besar dengan melibatkan masyarakat sekitar yang memenuhi kriteria sebagai plasma dengan perusahaan selaku inti.

Nantinya, perusahaan akan melibatkan koperasi ataupun kelompok tani sebagai wadah yang memayungi masyarakat sekitar yang menjadi plasma . Per 30 Juni 2012, CIMB Niaga telah bekerjasama dengan 91 perusahaan Inti dan 108 koperasi/ kelompok tani untuk skema jenis ini.

“Penyaluran kredit melalui pola inti plasma ini menjadi wujud dukungan CIMB Niaga terhadap Peraturan Pemerintah yang menetapkan agar perusahaan perkebunan besar harus turut membangun perkebunan plasma yang melibatkan masyarakat sekitar,” kata Handoyo dalam rilis pers yang diterima di Jakarta.

Handoyo menambahkan, saat ini, penyaluran kredit CIMB Niaga di sektor perkebunan tersebar di berbagai lokasi, dari mulai Jawa Tengah, Sumatera, hingga Kalimantan. Adapun jenis tanaman yang banyak dibiayai adalah kelapa sawit dan tebu. Adapun nilainya telah mencapai Rp 2,88 triliun per 30 Juni 2012, naik 77,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Ada beragam keunggulan yang bisa diperoleh melalui pola kemitraan inti  plasma ini. Antara lain dapat memperluas lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia, serta pemanfaatan aplikasi teknologi terkini untuk pengembangan lahan oleh masyarakat sekitar.

Menurut Handoyo, pola seperti ini cenderung lebih tepat sasaran, karena dana yang disalurkan untuk modal usaha dapat langsung diterima petani perkebunan selaku plasma melalui wadah koperasi ataupun kelompok tani.

“Untuk rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) juga relatif kecil, sebagai hasil dari prinsip kehati-hatian yang telah kami terapkan selama ini. Per 30 Juni 2012, NPL di sektor ini sebesar 0,12 persen, dan kami akan tetap menjaga NPL tersebut di level yang rendah,” kata Handoyo.

Ke depan, Handoyo optimistis, kredit sektor perkebunan masih akan terus tumbuh, mengingat masih tingginya kebutuhan crude palm oil di pasar dunia, terutama permintaan dari China dan India.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved