Selasa, 30 September 2025

Commuter Line Khusus Perempuan

Ini Kekurangannya Commuter Line Khusus Perempuan

Commuter Line khusus perempuan memang disambut dengan segala manfaatnya, tetapi di balik segala kelebihannya, KRL ini dianggap memiliki kekurangan.

Penulis: Agustina Rasyida
zoom-inlihat foto Ini Kekurangannya Commuter Line Khusus Perempuan
TRIBUNNEWS/Agustina NR
Mulai 1 Oktober 2012, PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ) mengoperasikan satu rangkaian KRL commuter line khusus wanita dengan tujuan Stasiun Bogor ke Stasiun Jakarta Kota pp, Senin (1/10/2012). TRIBUN JAKARTA/Agustina NR

TRIBUNNEWS.COM - Commuter Line khusus perempuan memang disambut dengan segala manfaatnya, tetapi di balik segala kelebihannya, KRL khusus perempuan ini dianggap memiliki kekurangan. Apakah kekurangannya?

Jika di gerbong umum, terkadang ia mendapati ada penumpang laki-laki yang tidak sopan, terkadang ada yang mencuri kesempatan dengan memegang pundak, pinggang, sampai nempel-nempel padahal ada pegangan yang kosong. Namun di gerbong perempuan, masalahnya ada pada egoisme masing-masing.

"Karena sesama wanita justru rasa egoismenya lebih tinggi, misal mereka yang dapat tempat duduk, kadang suka enggak mau mengalah untuk ibu lansia, dan yang membawa anak kecil. Kalau ada ibu hamil pun disuruh menunggu dulu baru dikasih tempat duduk dan di gerbong wanita itu biasanya berisik," kata Diah Lestari.

"Perempuan-perempuan itu lebih egois. Contohnya sudah tahu ada perempuan sakit, pucat berat, eh nggak dikasih tempat duduk. Ada juga ibu hamil yang jelas-jelas perutnya kelihatan masih aja nggak dikasih duduk, alasan orang-orang yang duduk itu juga hamil, padahal jelas-jelas perutnya trepes," kata Fika Nareswari, seorang pelanggan Commuter Line.

Fika memang menyambut baik gerbong khusus perempuan, tetapi ia ingin fokus dengan harga tiket yang naik. Ia justru berharap PT KCJ menurunkan tarif.

Gita Ramadhani, penumpang lainnya, berharap kondekturnya tetap ada laki-laki, bukan perempuan semua. Ia berbagi pengalaman saat menemukan ketidaktegasan petugas keamanan kereta.

"Ada laki-laki di dalam gerbong perempuan, dan kalau diminta pindah ke gerbong lain, tidak mau dengan alasan penuh. Sampai saya marahin laki-laki itu, tapi tetap nggak mau pergi. Moralitasnya perlu dipertanyakan," ujarnya. Angelina Ladjar, berharap jumlah Commuter Line khusus perempuan ditambah.

"Jumlahnya masih sedikit, nggak imbang sama jumlah penumpang. Paling nggak ya sepertiganya lah. Jadi biar benar-benar bisa terasa manfaatnya. Nggak cuma formalitas asal 'ada' commuterline perempuan itu," sarannya.

Ia juga menyoroti soal jadwalnya yang sering terlambat justru pada jam-jam padat sekitar 06.00 - 09.00, dan 16.00 - 19.00 WIB, agar banyak penumpang yang terangkut. "Jadwalnya Commuterline kadang bikin garuk-garuk tembok. Sama itu tuh, bikin kartu Commuter ternyata agak ribet."

Cheta Nilawaty, karyawati perusahaan swasta, berharap fasilitas air conditioner di gerbong yang sering mati segera ditanggulangi, sehingga kenaikan tarif tidak memberatkan pengguna. Dia juga meminta PT KCJ menambah kereta dengan rute langsung ke titik-titik stasiun di berbagai daerah, penumpang tanpa harus turun lagi, dan nggak perlu bayar lagi. Misalnya, selama ini dari Depok menuju Kebayoran di Jakarta Selatan, penumpang harus transit di stasiun Tanah Abang.

Berita juga bisa dibaca di TRIBUN JAKARTA DIGITAL

Sumber: TribunJakarta
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved