Commuter Line Khusus Perempuan
Kalau Berdesakan Nyenggolnya Sesama Cewek
Terobosan PT KAI Commuter Jabodetabek (KJC) mengoperasikan kereta khusus perempuan disambut positif kaum hawa.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terobosan PT KAI Commuter Jabodetabek (KJC) mengoperasikan kereta khusus perempuan disambut positif kaum hawa yang setiap hari memanfaatkan alat transportasi ini. Semua gerbong dicat pink, warna khas feminin dan kemudian ditulisi, Khusus Wanita.
Ya, PT Kereta Api Indonesia melalui PT KAI Commuter Jabodetabek (KJC) berbenah awal Oktober ini, bersamaan dengan kenaikan tarif penumpang. Khusus penumpang KRL Commuter Line Jabodetabek dengan fasiltias AC, tarif naik sebesar Rp 2 ribu, menjadi Rp 8.000 per penumpang.
Commuter Line khusus perempuan ini, setiap gerbongnya terdapat satu sampai dua petugas keamanan, perempuan maupun laki-laki. Mereka berjaga-jaga menghalau penumpang laki-laki yang masuk.
"Saya gunakan kereta khususnya Commuter Line sudah dua tahunan. Adanya Commuter Line khusus perempuan ini sangat membantu, soalnya kalau pas penuh sesak. Kalau berdesak-desakanan kan nyenggolnya cewek semua. Kalau di gerbong umum kan sama cowok, risih. Terkadang suka ada cowok yang mukanya mencurigakan, saya suka takut kalau dicopet," ujar Rosita Budi, karyawan swasta.
"Senang, sekarang saya enggak desak-desakan lagi. Apalagi pas jam sibuk seperti ini, biasanya mau naik turun saja sulitnya minta ampun," imbuh Rosita.
Perempuan berkerudung ini menuturkan pengalaman traumatisnya yang tidak mengenakkan. Ketika itu, ia berada di dalam Commuter Line gerbong umum. "Pantat saya pernah dicolek, kayak diremas, rasanya mau nangis. Tapi saya diam karena saya buru-buru turun. Terus kantong belakang saya juga pernah dirogoh-rogoh dan ada yang colek-colek. Tapi untuk yang ini saya beranikan teriak, biar pelakunya malu, dan takut dihakimi," ujar Rosita sembari berharap berharap semua kendaraan umum sebaiknya tersedia fasilitas khusus perempuan.
"Pokoknya perempuan harus diprioritaskan lah, terutama yang hamil, manula, atau sakit. Petugasnya juga harus wanita. Kalau ada cowok di sana harus didenda," katanya.
Pernyataan serupa dikemukakan Diah Lestari, karyawan swasta. "Saya setiap hari naik KRL. Menurut saya KRL Commuter Line sudah bagus, apalagi untuk mencegah hal-hal seperti pelecehan seksual," ujar Tari, sapaan akrab Diah Lestari.
Kegembiraan serupa dikemukakan Cheta Nilawaty, karyawan swasta, pengguna Commuter Line. Perempuan yang tinggal di Depok, Jawa Barat ini, berharap Commuter Line diperbanyak, khususnya untuk perempuan. Karena penumpang perempuan sama banyaknya dengan laki-laki.
"Yah senang banget ada Commuter Line khusus perempuan. Tapi kalau gara-gara itu banyak penumpang cowok yang nggak keangkut, nggak efektif juga. Mending kalau penambahan biaya, ada penambahan gerbong. Pelayanan juga, jangan sampai kereta telat."
Fika Nareswari, pengguna lainnya mengaku sudah mengetahui ada kereta Commuter Line khusus perempuan. "Menurut saya, di satu sisi itu bagus, karena bisa menghindarkan pelecehan dari laki-laki iseng, jadi perempuan lebih aman," tutur Fika.
Namun di sisi lain, ia tidak setuju. Pasalnya percuma ada emansipasi wanita, wanita harus sama dengan laki-laki, tetapi kenapa harus dipisah-pisahkan.
Berita juga bisa dibaca di TRIBUN JAKARTA DIGITAL