Muslimin Tersangka Tapi Bukan Anggota Teroris
Kapolres Pasuruan Kota, AKBP Atih Nursani Purwati akhirnya mau berbicara terkait kronologis ledakan yang terjadi di rumah Muslimin

Laporan Wartawan Surya, Robert Ardyanto
TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN - Kapolres Pasuruan Kota, AKBP Atih Nursani Purwati akhirnya mau berbicara terkait kronologis ledakan yang terjadi di rumah Muslimin di Jalan Hangtuah, gang Flamboyan, Kelurahan Ngemplakrejo, Kecamatan Purworejo, kota Pasuruan, Jum'at (14/9/2012) sore
Atih menyatakan Muslimin sudah ditetapkan sebagai tersangka sejak ia menyerahkan diri ke Polresta Pasuruan Kamis (6/9/2012) seminggu yang lalu. Selanjutnya Muslimin dijerat dengan undang-undang darurat nomor 12 tahun 1951 pasal 1 ayat 1 dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara karena menyimpan, memiliki atau menguasai bahan peledak.
Ditanya tentang keterkaitan Muslimin dengan sejumlah kelompok jaringan teroris luar pulau atau pun kelompok Islam garis keras, Kapolresta Atih membantah karena meskipun diketahui Muslimin sering pergi ke Sulawesi,itu karena memang Muslimin berasal dari Sulawesi dan dalam rangka mengunjungi keluargannya bukan dalam urusan lain.
Lebih lanjut AKBP Atih menjelaskan bahwa saat ini penyelidikan masih terus berlanjut untuk mengungkap darimana Muslimin mendapat bahan peledak, sejauh mana peredaran bahan peledak tersebut dijual, serta kepastian senyawa kimia apa yang terkandung di dalam bahan peledak tersebut, sehingga daya ledaknya begitu sensitif.
"Untuk kandungan bahan peledak tersebut berasal dari TNT atau Potasium atau bahan lainnya,kita masih menunggu hasil lab dari tim Labfor", ujar Kapolres.
Dalam pengembangan kasus ini polisi tidak mau gegabah karena kondisi Muslimin juga masih syok akibat kematian istrinya Kasiani, lanjut Kapolresta. Dalam penjelasan tadi terungkap bahwa saat kejadian, Muslimin sedang berada di teras rumahnya sehingga selamat dari musibah itu. Muslimin pun sempat mengantar korban ke rumah sakit hingga menunggui jenazah istrinya di kamar mayat. Setelah jenazah istrinya dibawa pulang, Muslimin lalu naik bus menuju Surabaya.
Sempat bersembahyang di sebuah masjid, Muslimin yang bingung lalu naik bus kembali menuju Probolinggo. Dalam keadaan masih galau dan syok, Muslimin kembali naik bus menuju Surabaya hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyerahkan diri ke Polresta pada Kamis pekan lalu.