Ledakan di Depok
Indonesia Menjadi Supermarket Ideologi Radikal?
M Imdadun Rahmat mengatakan, orang Indonesia sedemikian mudah menjadi teroris, karena negara ini mirip supermarket ideologi radikal

Laporan Wartawan Tribun Jakarta Mochamad Faizal Rizki
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - M Imdadun Rahmat, Wakil Sekjen PBNU dan juga peneliti gerakan Islam radikal mengatakan, orang Indonesia sedemikian mudah menjadi teroris, karena negara ini mirip supermarket ideologi radikal. Hal ittu dikatakan Imdadun dalam acara bedah buku dan konfrensi pers bertajuk 'Kaum Muda dan Terorisme' di Cikini, Jakarta Pusat, (11/9/2012).
Untuk memperoleh pemahaman 'garis keras', lanjut Imdadun, seseorang tidak perlu pergi jauh untuk berguru. "Pandangan yang mendakwahkan militansi agama secara sempit, khotbah yang mengobarkan kebencian dan doktrin-doktrin jihad yang keliru demikian mudah kita dapatkan. Ditambah lagi tindakan intoleransi dan kekerasan sering kita saksikan secara langsung maupun melalui media TV," tuturnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, telah lama mimbar agama tidak lagi berisi pesan-pesan takwa dan keimanan yang menyentuh hati (yukhotibul qulub) atau paparan kaul-kaul ulama yang memperdalam ilmu agama (tafaqquh fiddin).
"Menu agama yang disajika di podium agama adalah Islam yang puritanis (taswiyah), literal (harafiyah), berlebih-lebihan (ghuluw), ekstrim (tathorrufiyah) dan pro kekerasan (unfiyyah)," terangnya.
Dia menambahkan, pikiran radikalisme serupa juga berkelimpahan dalam buku-buku, bulletin jumat, majalah, tabloid, dan media internet. "Saat ini kita seakan berada dalam toko serba ada kita tinggal pilih, bayar dan membawa pulang produk-produk radikalisme, sehingga berbagai kelompok teror baru muncul dengan kecenderungan keterlibatan anak-anak muda bahkan remaja belasa tahun membuat publik makin prihatin," ujarnya.