Modal dari Hadiah Juara Olimpiade Matematika
Mengoleksi uang kuno, selain membutuhkan kecintaan, ketekunan juga modal. Modal Gustama didapat dari hasil juara Olimpiade Matematika.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengoleksi uang kuno, selain membutuhkan kecintaan, ketekunan juga modal. Hal yang terakhir bukan masalah bagi Gustama. Karena modal untuk mengoleksi uang kuno, ia dapat dari hasil juara Olimpiade Matematika.
Sejak SD, Gustama selalu mewakili sekolahnya di ajang Olimpiade Matematika. Uang hasil juara matematika yang dikumpulkan sampai Rp 2 juta lalu ia investasikan untuk hobinya.
Bagi Gustama, matematika dan uang kuno tak bisa dipisahkan dalam hidupnya. Tiap kali ia mengikuti ajang Olimpiade Matematika di beberapa kota. Beberapa kota yang pernah jadi target perburuan uang kuno Gustama kala mengikuti lomba matematika adalah Surabaya (toko Mirota), Jogjakarta (Pasar Bringharjo dan Pasar Wirobrajan), Solo (Pasar Ngarsopuran), Jakarta (Pasar Baru).
Pencarian uang kuno di Toko Mirota, Surabaya, mengantarkan Gustama dengan komunitas kolektor uang kuno. Kala itu, ia mendapati seorang pria Surabaya yang sedang mencari perangko untuk koleksinya. Terjadi obrolan di antara Gustama dan orang ini yang usianya hampir kepala tiga. Si pria kaget setelah mengetahui Gustama memiliki hobi mengoleksi uang kuno.
"Orang itu kagum dan sok mengetahui saya mengoleksi uang kuno. Dia bilang ke saya, 'Kok kamu kecil amat. Masih kecil sudah suka uang kuno hebat sekali. Oke saya akan kenalkan kamu dengan kolektor uang kuno lainnya.' Enggak lama, dia menelpon teman-temannya sesama kolektor. Saya diselamati. Sungguh saya merasa sangat terhormat dihargai di komunitas itu," kenangnya.
Lewat komunitas, hobi Gustama semakin tersalurkan. Di samping terus mencari koleks baru dari dunia maya, ia memanfaatkan jejaring komunitasnya untuk bertukar atau membeli uang kuno yang diburunya. Menurutnya, berburu uang kuno di sesama komunitas lebih murah harganya, ketimbang memburu langsung di pasaran. Di kotanya, Solo yang terbilang kota budaya, harga uang kuno selangit.
Menjadi kolektor uang kuno bukan melulu persoalan cinta dan suka. Tapi seorang kolektor uang kuno harus mengerti sejarah uang itu sendiri. Sebagai pendatang baru, Gustama tahu diri. Ia membekali pengetahuannya soal uang kuno dengan banyak membaca buku sejarah soal uang kuno. Buku yang menjadi sumber pengetahuannya adalah buku terbitan Asosiasi Numismatik Indonesia (ANI).
Sekitar 2005 sampai 2008 setiap beberapa bulan sekali ANI, cerita Gustama, menerbitkan buku yang isinya pengetahuan soal uang kuno. Mulai dari sejarah, perebutan Belanda di Indonesia, masuknya uang Indonesia yang menggantikan uang Jepang dan Belanda, pemindahan kekuasaan tangan dari Belanda ke Jepang, sampai perebutan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.
Sekian lama menjalani hobi mengoleksi uang kuno, Gustama sudah tidak hapal lagi berapa kali menang lelang dan melakukan barter dengan sesama kolektor. Tapi ada pengalaman yang ia tak bisa lupakan ketika ia melakukan barter dengan orang Belanda. "Beberapa uang Indonesia milik saya dibarter dengan uang Belanda yang waktu itu berlaku di Indonesia. Barter yang saya terima selembar lima Gulden seri 1 Federal tahun 1946," ceritanya.
Dari semua koleksi uang kuno Gustama yang paling bagus nilainya adalah uang terbitan Bank Indonesia tahun 1975. "Kondisinya memang bagus, gress, dan itu pecahan terbesar di kelasnya. Saya membelinya seharga Rp 800 ribu. Rencananya saya akan jual di angka Rp 1.5 juta. Uang ini nilai investasinya paling besar. Karena nilai kenaikannya per tahun sangat bagus, melebihi bunga bank," jelasnya.
Ia mengaku sangat menikmati hobinya mengoleksi uang kuno. Hati semakin melambung ketika hobinya yang membutuhkan keseriusan, kehati-hatian, dan ketelitian, dihargai orang lain yang mau membeli atau membarter uang kuno koleksinya. Gustama memberi tips, nilai uang kuno akan jatuh ketika terlipat. Ia bersyukur selama ini belum ada uang kuno yang nilainya tinggi terlipat dengan sengaja.
Namun, ia pernah melipat uang kunonya dengan sengaja untuk kertas origami. Kebetulan, uang kuno yang ia pakai untu keterampilan itu nilainya murah. Saking hati-hatinya menjaga uang kunonya, Gustama memiliki brankas khusus yang ia simpan di tempat yang aman. Tak seorang pun tahu kunci untuk membukanya termasuk orangtuanya.
Saking sayangnya Gustama dengan hobinya ini, keuntungan dari penjualan uang kuno tak pernah dia jajankan. Keuntungan dari uang kuno selalu ia kembalikan untuk investasi uang kuno. Kalau pun ia membutuhkan uang dari keuntungan menjual uang kuno, hanya sebatas dipinjam, dan akan dikembalikan jika mendapat uang pengganti.
Bisnisnya mengoleksi uang kuno, dan menjualnya kembali, menurut Gustama bukan perkara mudah. Pasalnya, menjual uang kuno tidak seperti menjual makanan ringan atau kacang goreng. Ia mengaku lebih menggunakan pasar dunia maya Toko Bagus yang terpercaya untuk menjual uang kunonya.
"Untuk meyakinkan pembeli di Toko Bagus ada sistem verified member. Kalau ada surat kode verifikasi, maka alamat penjual dipastikan ada dan valid. Dengan verified member pembeli percaya. Di toko bagus saya tidak memasang foto saya. Karena orang dewasa akan tidak mempercaya anak kecil. Yang benar-benar tahu saya anak kecil cuma beberapa orang saja," katanya.