Tribunners / Citizen Journalism
Lestarikan Tradisi Makam Malam dan Sungkem ke Penglisir
Perayaan Galungan dan Kuningan seharusnya dilaksanakan bukan sebatas ritual belaka

TRIBUNNEWS.COM - Perayaan Galungan dan Kuningan seharusnya dilaksanakan bukan sebatas ritual belaka, tapi ada esensi yang lebih penting, yakni bagaimana menjaga nilai – nilai tata krama dan tata etika komunitas Bali sebagai komunitas Hindu sejati.
Dan keluarga,adalah sumber dari pendidikan generasi muda mendatang. Dan sepatutnya keteladanan diberikan oleh para penglingsir, mengingat generasi muda akan lebih mudah menyerap pelajaran etika dalam praktek dibanding ajaran – ajaran bersifat teoristis.
Demikian diungkap Dr.Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III disela – sela acara Royal Dinner yang diadakan keluarga besar Puri Ageng Mahendradatta Dalem Tegeh Kori Jembrana di The Royal Villa. ”Dari pengamatan saya, dihari Galungan dan Kuningan ini,masih banyak anak – anak muda Bali yang belum mengerti esensi sepenuhnya dari sebuah kehidupan keluarga yang dilandasi oleh tata krama dan unggah – ungguh yang baik.
Misalkan bagaimana memperlakukan orang tua pada saat upacara agama, membiasakan diri mengucapkan Om Swastiastu pada semeton Hindu atau bagaimana seharusnya anak – anak muda membiasakan berkumpul dan sungkem pada orang tua dan keluarga besar pada saat umanis Galungan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, saya perhatikan banyak generasi baru di Bali yang tidak tahu bagaimana mereka seharusnya menjadi bagian dari keluarga seutuhnya. Ini kedepan dirubah agar generasi muda Bali memahami tata krama dikeluarga sebagai wujud dari keluarga Hindu yang ideal.”ungkap Dr.Arya Wedakarna.
Dan untuk itulah, dirinya ingin memberikan teladan pada rakyat Bali, agar nilai – nilai keluarga harus menjadi perhatian dan harmonisasi dengan keluarga besar harus dijaga, semua demi perbaikan mental dan karakter manusia Bali.
”Saya beruntung lahir dikeluarga yang menerapkan disiplin tingkat tinggi dalam urusan tata krama dan unggah ungguh. Dan ini ingin saya lanjutkan, bagaimana persatuan dan kesatuan antara keluarga besar harus dijaga. Di Bali, dinamika keluarga adalah hal yang wajar, dan momen Galungan Kuningan ini adalah momen yang paling penting bagi kita untuk saling memaafkan. Ini tradisi puri yang ingin kami lestarikan.”ungkap President The Sukarno Center.
Lalu apa yang paling bermakna di Galungan kali ini. ”Setiap hari Umanis, saya minta kepada para purusa dan pradana puri dan keluarga besar untuk membiasakan makan malam bersama sambil sungkem kepada para penglingsir. Ini bertujuan agar generasi muda Puri tahu akan akar sejarahnya dan juga menghormati tradisi keluarga. Sesungguhnya budaya Sungkem adalah budaya Kerajaan Hindu Majapahit. Sayang kita di Bali sangat jarang mengagendakan budaya sungkem setiap hari raya, malah saudara – saudara kita yang bersuku Jawa yang non-Hindu sangat disiplin dengan tradisi ini. Marilah kita menciptakan keluarga – keluarga yang bangga dengan indetitas Hindu, tradisi Majapahit dan budaya Bali. Saya ingin, teladan ini menyebar ke seluruh Bali. Anak muda Bali sangat memerlukan Quality Time dengan orang tua mereka,” ujar Sekjen Pasemetonan Agung Nararya Dalem Benculuk Tegeh Kori ini.
TRIBUNNERS POPULER
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.