Jumat, 3 Oktober 2025

Aziz: Saya Malu Sulsel Terkorup

Bakal calon Gubernur Sulsel mengaku prihatin dengan kondisi Sulsel, saat in

Editor: Budi Prasetyo

Laporan Wartawan Tribun Timur Edi Sumardi

TRIBUNNEWS.COM  MAKASSAR  - Bakal calon Gubernur Sulsel mengaku prihatin dengan kondisi Sulsel, saat ini. Rasa prihatin muncul setelah Sulsel disebut sebagai provinsi terkorup di Sulawesi berdasarkan rilis dari Pusat Pelaporan Analisa Transaksi Keuangan atau PPATK.

Tak hanya prihatin, namun juga mengaku malu. Sulsel dulunya dikenal provinsi kaya budaya, masyarakat religius. Namun, kini sebaliknya, malah menjadi provinsi terkorup.

Aziz mengungkapkan perasaannya itu saat memberikan kuliah umum sekaligus kampanye antikroupsi di hadapan mahasiswa baru Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Universitas Negeri Makassar, Bantabantaeng, Makassar, Kamis (6/9/2012). Kuliah ini diikuti 1.000-an mahasiswa angkatan 2012 dan membahas pemerintahan korup.
Hadir pula Dekan FIK Arifuddin Usman, Pembantu Dekan I Baharuddin, Pembantu Dekan II Lakamadi, dan Pembantu Dekan III Ahmad Rum Bismar.

“Sebagai putra Sulsel, jujur saya sangat malu mendengar sulsel mendapat predikat provinsi terkorup. Sebenarnya, kita sangat kaya dengan adat serta nilai–nilai warisan leluhur. Dari enam propinsi di Sulawesi, kita malah menjadi provinsi terkorup, naudzubillah,” kata Aziz dalam rilis dikirimkan tim medianya, hari ini.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah ini mengisahkan kejayaan Sulsel masa lalu. Sulsel memiliki tiga kerajaan besar, Kerajaan Bone, Kerajaan Luwu, dan Kerajaan Gowa. Kerajaan menjadi warisan budaya masa lalu hingga membawa provinsi ini tersohor.

Mirisnya, Sulsel kini tersohor sebagai lumbung koruptor. Masyarakat Sulsel, kata Aziz, harus bangkit melawan pengusaha yang menjadikan provinsi ini terkorup.

“Ini sangat memalukan, tapi kita tidak cukup merasa malu saja. Kita harus bangkit, kita harus melawan dinamika sejarah yang dibangun oleh pelaku politik serta penguasa di Sulsel yang telah mempermalukan kita,” ujar Aziz bersuara lantang.

Korupsi di Sulsel sulit diberantas sebab terjadi krisis ketauladaan. Pemimpin tak satu kata satu perbuatan. Mereka kerap berpidato soal pemberantasan korupsi, namun di balik panggung, malah menjadi koruptor.

Pemberantasan korupsi harus dimulai dari pemerintah pusat hingga daerah. Pejabat harus memberi contoh hidup sederhana, transparansi anggaran, dan tak mengambil hak orang lain.
Aziz menyebut strategi pemberantasan koruosi itu bukanlah kampanye murahan, namun menjadi misinya dalam mewujudkan visi pemerintahan bersih di Sulsel.(tribun-timur.com/edi)

Baca Juga :

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved