Lebaran 2012
Bikin Kulit Ketupat dalam Hitungan Detik
Aep (40) duduk bersila di pinggir Jalan Lodaya, Bandung, Jawa Barat.
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Aep (40) duduk bersila di pinggir Jalan Lodaya, Bandung, Jawa Barat.
Dengan beralaskan tempat duduk dari semen, kedua tangannya sibuk membuat kulit ketupat. Meski kerap diganggu dengan diajak mengobrol, kulit ketupat dari daun kelapa bisa selesai hanya dalam hitungan detik.
Rupanya Aep sudah mahir membuat kulit ketupat. Rumusnya pun sudah di luar kepala, sehingga pengerjaan pembuatan kulit ketupat bisa selesai dengan cepat dan rapi.
"Sudah biasa bikin," ujarnya kepada Tribun, Jumat (17/8/2012).
Bukan hanya Aep, dua temannya, Lili (40) dan Cakil (40), juga mahir membuat kulit ketupat. Mereka bertiga berkumpul di sebuah sudut di belakang Pasar Bunga Palasari, menjajakan kulit ketupat untuk Lebaran.
Menurut Aep, mereka nekat berangkat ke Bandung dari Tasikmalaya, karena permintaan kulit ketupat ramai jelang Lebaran. Mereka berangkat dari Tasikmalaya bersama sekitar 30 tetangga dan saudaranya, dengan menyewa sebuah mobil. Tarifnya Rp 40 ribu per orang sekali jalan.
"Sampai Bandung sekitar tiga hari lalu. Kami menyebar di sejumlah tempat seperti di Kiaracondong, Ciwastra, dan tempat lain," ungkap Aep.
Semua berasal dari satu kampung, yakni Kampung Cikeler, Desa Pasirsalam, Kecamatan Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya. Setiap orang membawa sekitar 1.000 batang daun kelapa yang masih muda. 1.000 batang itu bisa dibikin menjadi 1.000 kulit ketupat.
Daun kelapa, jelas Aep, mereka beli dari pemilik pohon kelapa. Satu batang dihargai Rp 50. Sedangkan kulit ketupat yang dibikin Aep dan teman-teman dijual Rp 5.000-Rp 6.000 per ikat. Satu ikat berisi 10 kulit ketupat.
Aep bercerita, 1.000 kulit ketupat itu laku keras. Hanya dalam kurun lima hari langsung habis. Jika demikian, para penjaja kulit ketupat pun akan kembali ke kampung halaman di Tasikmalaya.
"Kami penjual musiman. Hanya pada momen Idul Fitri dan Idul Adha berjualan," cetus Aep yang diiyakan Lili dan Cakil.
Di luar dua momen itu, mereka beraktivitas di kampungnya. Ada yang menjadi penggarap ladang, ada pula yang buruh serabutan. (*)
BACA JUGA