Jumat, 3 Oktober 2025

Penghasilan Bersih Suti Rp 5 Juta Per Minggu

SEJUMLAH perajin dorokdok atau kerupuk kulit kerbau di Kabupaten Garut mulai khawatir dengan kelangkaan

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Penghasilan Bersih Suti Rp 5 Juta Per Minggu
TRIBUN JABAR
Kerupuk kulit khas kuliner di Garut selain dodol.

TRIBUNNEWS.COM -- SEJUMLAH perajin dorokdok atau kerupuk kulit kerbau di Kabupaten Garut mulai khawatir dengan kelangkaan bahan baku. Distributor kulit kerbau di Garut mulai kehabisan persediaan, padahal permintaan kerupuk kulit kerbau diperkirakan meroket menjelang Lebaran.

Seorang perajin kerupuk kulit kerbau di Kampung Babakan Koropeak, Desa Sucikaler, Kecamatan Karangpawitan, Suti Maemunah (37), mengatakan menjelang Lebaran, perusahaan yang dikelolanya hanya memiliki persediaan 5 ton kulit kerbau. Padahal menjelang Lebaran tahun lalu, perusahaannya memiliki persediaan 12 ton kulit kerbau.

"Tahun ini, kulit kerbau lokal maupun impor langka. Entah apa penyebabnya. Saya khawatir tidak bisa memenuhi pesanan kerupuk kulit yang selalu melonjak tajam menjelang Lebaran," kata Suti saat ditemui di tempat pengolahan kerupuk kulit kerbau miliknya, akhir pekan lalu.

Suti yang menjabat Bendahara Asosiasi Produsen Kerupuk Kulit Garut ini mengatakan kelangkaan pun dikeluhkan tujuh pengelola perusahaan kerupuk kulit lainnya di Kampung Babakan Koropeak dan pengelola lainnya Sukaregang.

Persediaan kulit kerbau, ujar Suti, diharapkan bisa bertambah menjelang Lebaran. Baik berupa kulit kerbau lokal dari Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan, maupun kulit kerbau impor dari Malaysia, Thailand, dan negara-negara di Benua Amerika.

Perusahaan yang dikelola Suti, membutuhkan 2,5 kuintal kulit kerbau yang telah diasinkan tiap hari untuk menghasilkan produk yang bisa diangkut satu mobil boks.

Kerupuk kulit kerbau pun dijual Rp 17.000 untuk ukuran jumbo, Rp 12.000 untuk ukuran besar, Rp 7.000 untuk ukuran sedang, dan Rp 1.750 untuk ukuran kecil. Produk kerupuk kulit kerbau bercita rasa pedas dan gurih ini dipasarkan ke berbagai pelosok Jawa Barat dan Jakarta.

Setiap minggu, perusahaan milik Suti menggoreng dan mengemas kerupuk kulit seminggu tiga kali. Pengerjaan dilakukan delapan karyawan. Setiap minggu, Suti mendapat omzet sekitar Rp 20 juta dengan biaya produksi sekitar Rp 15 juta. Dengan demikian, Suti mendapat penghasilan bersih Rp 5 juta per minggu.

"Kalau kurang bahan baku tapi pemesanan banyak seperti menjelang Lebaran ini kan bingung juga. Kulit memang ada banyak tapi kualitasnya rendah. Saya tidak mau ambil karena nantinya malah mubazir karena kualitas dorokdok-nya akan buruk," kata Suti.

Seringnya kelangkaan bahan baku ini, ujar Suti, menjadi penghambat para perajin kerupuk kulit untuk mengembangkan usahanya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved