Sabtu, 4 Oktober 2025

Kisah Kehidupan Baru Menteri BUMN Dahlan Iskan (2)

“Kalau pun itu bisa didapat, dan kalau pun itu nanti sukses,” kata dokter tersebut, “paling hanya bisa menambah umur lima tahun.” Saya juga tidak

Editor: Anwar Sadat Guna
zoom-inlihat foto Kisah Kehidupan Baru Menteri BUMN Dahlan Iskan (2)
TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO
DAHLAN ISKAN PEMBICARA DI DUNAMIS: Menteri BUMIN Dahlan Iskan, hadir sebagai pembicara Knowledge is NOt Power Shared Knowledge is Power yang diadakan oleh Dunmis Organization Services, Selasa (10/7/2012) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.

HARUS hati sepenuh hati yang berarti hanya bisa didapat dari orang yang meninggal.

“Kalau pun itu bisa didapat, dan kalau pun itu nanti sukses,” kata dokter tersebut, “paling hanya bisa menambah umur lima tahun.” Saya juga tidak akan lupa ucapan dokter itu berikutnya: “Tapi, tambah umur lima tahun kan lumayan. Waktu itu nanti umur Anda kan sudah 61 tahun. Sudah lebih pantas meninggal.”

Saya memang akrab dengan dokter itu sehingga sekeras apa pun ucapannya tidak membuat saya kecewa. Sang dokter juga tahu bahwa saya cukup intelek untuk menerima kata-kata yang meskipun bernada keras, tapi sangat ilmiah.

Mengapa hasil transplan itu hanya bisa memperpanjang umur lima tahun? Secara ilmiah bisa diterangkan begini: virus hepatitis B dan sel-sel kanker hati saya itu, logikanya, sudah ikut beredar di darah. Berarti virus hepatitis B dan sel-sel kanker hati saya itu sudah berada di mana-mana. Ketika saya mendapatkan hati baru, dan hati baru tersebut dilewati darah yang sudah membawa virus hepatitis B dan sel-sel kanker, maka virus dan sel-sel tersebut otomatis hinggap lagi di hati yang baru.

Lalu virus hepatitisnya berkembang lagi, hati menjadi sirosis lagi, muntah darah lagi, bengkak lagi, dan kanker merajalela lagi.

Teori seperti itulah yang membuat tekad untuk melakukan transplan kadang mengendur. Untuk apa transplan. Mahal sekali dan belum tentu berhasil. Berhasil pun hanya untuk lima tahun. Pun, tambahan hidup lima tahun itu belum tentu bisa dinikmati.

Bisa jadi kualitas hidup pasca transplant tersebut adalah kualitas hidup yang sangat rendah: harus minum banyak obat, sering masuk rumah sakit, menyusahkan keluarga, dan menghabiskan banyak uang.

Tapi orang hidup itu tidak boleh pesimistis.
Tidak boleh putus asa.
La taiasu!
La tahzan!

Ingat ajaran agama: Berikhtiar itu bukan mubah, bukan sunnah, tapi wajib!
Jadilah saya memutuskan transplantasi hati.

Tapi saya juga tidak terlalu berharap banyak. Takut kecewa. Orang yang tidak berharap banyak hidupnya bisa lebih bahagia.

Termasuk, saya tidak membayangkan bahwa setelah transplant nanti saya bisa jalan-jalan jauh. Saya pikir, saya nanti bisa hidup tapi dengan aktivitas yang terbatas. Kalau sebelum transplant saya putuskan membeli helikopter, antara lain untuk persiapan siapa tahu bisa membantu mobilitas saya. bersambung

Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN

Sumber: Sehat News
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved