Sabtu, 4 Oktober 2025

Perajin Tahu-Tempe Hentikan Produksi selama 3 Hari

Para perajin yang tergabung dalam Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) akan menghentikan produksinya selama tiga hari, 25-27 Juli.

Editor: Sugiyarto
zoom-inlihat foto Perajin Tahu-Tempe Hentikan Produksi selama 3 Hari
Kompas Nasional/AGUS SUSANTO
Palal, perajin tempe memindahkah biji kedelai yang sudah dipisahkan dari kulitnya di Desa Cimanggu Barat, Kecamatan Tanah Sereal, Bogor, Jawa Barat, Senin (16/7/2012). Perajin tempe mengeluhkan semakin melambungnya harga kedelai impor dalam beberapa bulan terakhir dari Rp 5.500 per kilogram dan kini menjadi Rp 7.700 per kilogram. Sehari industri rumahan yang berdiri sejak tahun 1976 ini membutuhkan enam kuintal kedelai untuk produksi. (KOMPAS/AGUS SUSANTO)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perajin tahu te Indonesia tidak main-main dalam melakuakn aksinya. Para perajin yang tergabung dalam Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) akan menghentikan produksinya selama tiga hari mulai 25 hingga 27 Juli mendatang.

"Tiga hari, yaitu 25,26 dan 27 Juli tidak akan ada tempe di pasar-pasar di wilayah Jabodetabek, Banten, Bogor, Bandung," tegas Sutaryo, Ketua KOPTI Jakarta Selatan, saat dikonfirmasi, Jakarta, Senin (23/7/2012). Dengan demikian selama tiga hari tersebut, produk tahu dan tempe tidak akan dijumpai di pasar.

Tegas dikatakan, bahwa aksi ini dilakukan karena harga bahan baku kedelai yang semakin liar dan merugikan para perajin sendiri akhirnya.

Ia menyebutkan, harga kedelai saat ini tercatat menyentuh Rp 8 ribu per kilogram (kg). Itu berarti terjadi kenaikan sebesar 35-40 persen dari harga sebelumnya,  yakni Rp 5.500 per kg.

Untuk diketahui, kebutuhan nasional untuk kedelai tercatat sebanyak 2,4 juta ton/tahun.  Dan produksi nasional untuk kedelai sendiri hanya 600.000 ton/ tahun. Terdapat kekurangan, dan selam ini kekurangan tersebut ditutupi dengan impor, yang mencapai 1,8 juta ton/tahun.

Terkait hal itu, ia mengatakan dari total kebutuhan akan kedelai tersebut kebutuhan buat produksi tahu dan tempe rata-rata mencapai 80 persen. Sedangkan sisanya untuk kebutuhan lainnya.

Lebih lanjut, ia mendesak agar pemerintah turun tangan menangani keenaikan harga bahan baku tahu dan tempe. Pengrajin butuh stabilitas harga.

Sementara itu, KOPTI Jawa Barat menjamin bahwa pelaksanaan mogok produksi tempe dan tahu serentak secara nasional di wilayahnya tidak akan diikuti dengan penyisiran ke perajin yang nekat berproduksi.

"Kami mengandalkan pendekatan personal. Tidak perlu sampai harus menyisir," kata Ketua Kopti Jabar, Asep Nurdin, di Bandung, Senin (23/7/2012).

Kopti sebagai wadah perajin tempe dan tahu di Indonesia berencana mogok produksi menyikapi melambungnya harga kedelai hingga mendekati Rp 8.000 per kilogram.

Dalam surat pemberitahuan yang dikirimkan ke Pemerintah Provinsi Jabar, rencana mogok itu dilangsungkan mulai 25 Juli hingga 27 Juli 2012. Berkaitan mogok produksi yang digelar serentak, KOPTI mengharapkan seluruh perajin juga kompak karena hal itu demi kepentingan mereka.

Menurut data KOPTI Jabar, terdapat 14.000 perajin tahu yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Barat. Asep mengaku bahwa pihaknya sudah mengabarkan instruksi mogok produksi kepada seluruh perajin tahu di Jabar.

Dia mengakui, KOPTI di Jakarta mengambil pendekatan yang lebih tegas dengan menyisir perajin yang nekat berproduksi, tapi pendekatan itu bakal tidak dipakai untuk wilayah Jabar. (*)

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved