Jumat, 3 Oktober 2025

Menjelajahi Jalur Gaza Yogyakarta

istilah Jalur Gaza juga ternyata bisa ditemukan di Kota Gudeg. Namun, Jalur Gaza di Yogyakarta ini jauh dari kesan konflik maupun perang,

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Menjelajahi Jalur Gaza Yogyakarta
TRIBUN JOGYA/Mona Kriesdinar
endengar kata Jalur Gaza, terbayang sebuah daerah kecil di sebelah barat daya Israel yang sekarang masih terus diwarnai konflik. Tak hanya di Timur Tengah, istilah Jalur Gaza juga ternyata bisa ditemukan di Kota Gudeg. Namun, Jalur Gaza di Yogyakarta ini jauh dari kesan konflik maupun perang, lantaran istilah itu justru digunakan untuk menyebut sebuah

Laporan Wartawan Tribun Jogya/ Mona Kreisdinar

TRIBUNNEWS.COM YOGYA, – Mendengar kata Jalur Gaza, terbayang sebuah daerah kecil di sebelah barat daya Israel yang sekarang masih terus diwarnai konflik. Tak hanya di Timur Tengah, istilah Jalur Gaza juga ternyata bisa ditemukan di Kota Gudeg. Namun, Jalur Gaza di Yogyakarta ini jauh dari kesan konflik maupun perang, lantaran istilah itu justru digunakan untuk menyebut sebuah lokasi pasar tiban yang biasa digelar setiap bulan Ramadan di daerah Nitikan, Sorogenen, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Setelah ditelisik, istilah Jalur Gaza ini ternyata merupakan kependekan dari Jajanan Lauk Sayur Gubuk Ashar Zerba Ada. Sepertinya tak berlebihan, lantaran jalur gaza seperti halnya pasar serba ada yang dijajakan oleh ratusan pedagang yang berjajar di kanan kiri jalan sepanjang satu kilometer. Ratusan pembeli berdatangan sambil ngabuburit setiap harinya. Ada yang mengendarai sepeda motor, namun tak sedikit pula yang berjalan kaki supaya lebih leluasa untuk memilih aneka makanan yang dijajakan hingga sela – sela gang kecil.

“Kalau pakai motor kadang ada yang terlewat, jadi susah kalau mau nyari makanan,” jelas Intan, seorang remaja yang mengaku tengah mencari kolak beraroma nangka ini, Sabtu (21/7).

Jalur Gaza ini, sebenarnya hampir sama dengan kampung ramadan yang berada di Jogokaryan. Keduanya pun sama - sama hanya ada pada saat bulan ramadan dan menjajakan aneka makanan khas berbuka puasa. Pun demikian halnya dengan lokasinya yang tak terpaut begitu jauh. Hanya saja, jalur gaza memiliki kemasan lebih unik lantaran, lapak - lapak dagangan dikemas secara tradisional yakni dengan menggunakan saung - saung beratapkan daun kering yang dianyam. Sedangkan tiangnya, menggunakan potongan - potongan bambu sederhana yang hanya cukup untuk menyangga atap, namun beberapa diantaranya ada yang menggunakan tiang besi persegi.

Meski begitu, di kedua tempat ini, masing - masing diramaikan ratusan penjaja makanan berbuka. Bahkan di Jalur Gaza, pengunjung akan mendapati aneka makanan mulai dari makanan tradisional semisal pecel dan serabi hingga makanan modern bahkan yang berasal dari luar negeri semisal satu diantaranya makanan Jepang. "Lumayan, di sini memang sistemnya jemput bola," ujar seorang penjual makanan Jepang, Hoka Hoka Bento.

Hal yang sama dialami Mirna, seorang penjual nasi pecel. Penghasilannya bahkan meningkat lima kali lipat dibandingkan hari - hari biasa. Tak hanya itu, dagangannya pun lebih cepat laku di pasar tiban. Jika pada hari biasa, ia harus menghabiskan waktu setengah hari, di pasar sore ramadan ini, ia hanya membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam untuk menghabiskan dagangannya. "Bisa jadi bekal lebaran pokoknya," ujarnya.

Tak mau kalah, puluhan variasi minuman manis juga tersedia di sini. Mulai dari yang biasa ditemui semisal kolak, sup buah, juzz hingga produk - produk baru yang berasal dari ekstrak buah - buahan.

Pengunjung juga bisa mendapati stan - stan penjualan aneka macam aksesoris, kerajinan, perabotan rumah tangga, bahkan produk - produk otomotif pun seolah tak mau kalah untuk menjaring pembeli.

Adapun, Jalur Gaza, biasanya mulai ramai sejak pukul tiga sore hingga mencapai puncaknya beberapa menit menjelang adzan maghrib. Arus lalu lintas di kawasan ini kerap kali tersendat lantaran penuhnya pengunjung. Oleh karena itu, ada baiknya menitipkan kendaraan di tempat parkir dan mencoba menjelajah jalur gaza berjalan kaki. Dengan begitu, tak perlu khawatir terkena macet. "Iya lebih baik jalan kaki, bebas dan bisa ngecek setiap lapak jualan," ujar Linda, pengunjung jalur gaza asal Kotagede. (Mon)

Berita  Terkait  :

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved