Unair: Pasar Modern Bukan Pesaing Pasar Tradisional
Ritel moderen dan ritel tradisional bukanlah kompetitor head to head, sebab keduanya menyediakan
Laporan Wartawan Surya, Dwi Pramesti
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Ritel moderen dan ritel tradisional bukanlah kompetitor head to head, sebab keduanya menyediakan produk yang berbda dengan segmentasi pasar berbeda pula.
Akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair Winifred Lydia Wirkus dalam diskusi Ekspansi Ritel Moderen bersama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengatakan, karakter pembeli di kedua ritel itu berbeda jadi persaingannya tidak selalu frontal.
"Ritel moderen bukanlah ritel tradisional yang besar, jadi bukan hanya toko kelontong yang diperbesar tapi memang raksasa ritel yang benar-benar berorientasi pada laba, bukan pada kompetitor," jelasnya, Senin (16/7/2012).
Seharusnya, pelaku ritel tradisional tidak perlu sangat risau. "Profil konsumennya beda, jadi tidak perlu khawatir kehilangan konsumen. Kehadiran ritel moderen juga tidak bisa ditolak karena itu adalah bagian dari inovasi teknologi," ujarnya.
Supermarket dan hypermarket juga lebih disukai distributor, kata Wini, karena mereka ambil barang selalu banyak dan itu menguntungkan.
"Inilah bisnis, pelaku ritel moderen tidak peduli dengan kompetitornya tapi yang difokuskan adalah laba dan konsumen," yakinnya.
Konsumen mengapa semakin lama pilih belanja di ritel moderen? Sebab produk yang ditawarkan pilihannya lebih banyak dibandingkan toko kecil. "Suasana tempat belanjanya juga lebih nyaman, pilihan produk juga cukup terjamin daya tahannya," komentarnya.
Wini menilai, pasar tradisional identik dengan masyarakat kelas bawah dikarenakan sistem penggajiannya konsumennya yang rata-rata harian.
"Misalnya istri sopir angkot, pendapatannya kan juga harian, otomatis mereka beli barang tidak bisa banyak seperti orang belanja di supermarket," ujarnya.
Jadi, Wini meyakini pasar moderen tidak akan menggilas keberadaan pasar tradisional karena demand market akan selalu ada. "Bukankah kalau ada demand tentu akan muncul supply," yakinnya.
Peneliti Ekonomi Madya Bank Indonesia Surabaya Thomy Andryas menambahkan, selain profil konsumen yang berbeda, karakter di kedua pasar tersebut juga beda.
"Harga produk di pasar tradisional lebih fluktuatif dibandingkan pasar moderen, ini karena ada kelancaran pasokan dan keterjaminan pasokan sehingga mendorong harga yang lebih stabil. Bagi masyarakat yang tidak suka tawar menawar dan harga stabil, ini lebih cocok," jelasnya.