20 Imigran Myanmar Mogok Makan di Rudenim
Sebanyak 19 Imigran asal Myanmar dan 1 warga Sudan mogok makan di Rudenim Tanjungpinang sejak 3 hari lalu.

Laporan Tribunnews Batam, Eko Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNGPINANG - Sebanyak 19 Imigran asal Myanmar dan 1 warga Sudan mogok makan di Rudenim Tanjungpinang sejak 3 hari lalu.
Karena hingga kini masih menolak untuk ambil jatah makan, maka 20 imigran tersebut dilarikan ke RSAL Midiyato, Kamis (5/7/2012) malam.
Setelah mendapat pertolongan medis, para imigran tersebut dipulangkan lagi ke Rudenim.
Mereka sengaja mogok sebagai bentuk protes agar proses status mereka segera ditetapkan oleh PBB (UNHCR) sebagai pengungsi.
Jika PBB sudah menetapkan sebagai pengungsi maka mereka akan dikirim ke negara tujuan atau negara ketiga.
M. Yunus, imigran asal Myanmar sangat berharap sebelum bulan puasa dia bisa keluar dari Rudenim (Rumah Detensi Imigrasi) karena sudah mendapat status perlindungan sebagai pengungsi (refugee) sejak 3 bulan lalu. Tapi sayang hingga kini masih berada di Rudenim.
"Kami semua sudah tidak mau lagi di sini, setiap hari kami hanya melihat dinding pembatas yang tinggi, kami juga mau hidup bebas, kami harap pemerintah Indonesia bisa cepat mengizinkan kami pergi ke negara ketiga," ujarnya saat ditemui Tribun di Rundenim, Jumat (6/7/2012) siang.
Negara tujuan mereka adalah Australia, para pencari suaka ini yakin sekali di sana mereka bisa hidup bebas, dan mereka rela bekerja apa saja, asalkan mereka diberikan izin untuk pergi ke sana.
Protes mogok makan juga dilakukan oleh Imigran asal Afghanistan beberapa waktu lalu.
Ada sekitar 39 warga Afghanistan dilarikan ke rumah sakit dan klinik karena mogok makan hingga 4 hari. Tuntutan mereka sama yaitu berharap PBB memberi perhatian dan mempecepat proses mereka mendapatkan status sebagai pengungsi.