Penggunaan Bahasa Sunda Harus Konsisten
Walau peraturan wali kota belum muncul, Wali Kota Bandung Dada Rosada berusaha konsisten
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Tiah SM dan Dedy Herdiana
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Walau peraturan wali kota belum muncul, Wali Kota Bandung Dada Rosada berusaha konsisten menggunakan bahasa Sunda setiap Rabu, sebagaimana diamanatkan peraturan daerah.
Pada Rabu (20/6/2012) kemarin misalnya, Dada menyampaikan sambutan dengan bahasa Sunda pada kegiatan sosialisasi UU No 8 Tahun 2012 tentang Pemilu di Hotel Amarosa, Jalan Aceh.
"Saya harus menegakkan dan melaksanakan perda makanya mau bicara Sunda," ujar Dada.
Mereka yang tidak mengerti bahasa Sunda, kata Dada, mau tidak mau harus mendengarkan sambutannya. "Rabu pekan lalu, saya mengumpulkan para pengusaha untuk mengumpulkan dana dan bicara pakai bahasa Sunda. Tak ada yang ngerti makanya tak ada yang nyumbang. Ya, tidak masalah. Yang penting saya konsekuen bicara Sunda di hari Rabu," ujar Dada.
Pada kesempatan tersebut, ketua panitia yang juga Ketua KPU Kota Bandung, Apipudin, tak sedikit pun menggunakan bahasa Sunda saat menyampaikan sambutan dan pemaparan sosialisasi.
Menanggapi belum dilaksanakannya perda bahasa Sunda oleh instansi lain, Dada menilai tidak ada masalah karena memang butuh waktu untuk menyosialisasikan dan menyadarkan masyarakat. "Secara bertahap, pasti semua akan melaksanakan perda bahasa Sunda karena tidak terlalu sulit," ujar Dada.
Sudah hampir empat minggu sejak perda budaya, sastra, aksara bahasa Sunda diberlakukan, tapi aturan turunannya atau peraturan wali kota (perwal) tak kunjung terbit.
Ditemui sehari sebelumnya, praktisi pendidikan usia dini di Starlight Edutainment yang juga sebagai dosen, Alison Victoria Thackray, mengatakan keberadaan perda di Kota Bandung yang mengatur pemeliharaan dan penggunaan bahasa daerah sangat mendukung peran bahasa ibu pada masyarakatnya.
Pengajar asal Inggris yang sudah delapan tahun tinggal di Indonesia ini mengatakan kosakata bahasa Sunda jauh lebih kaya daripada bahasa Indonesia. Jadi, kalau anak dimulai dengan belajar bahasa Indonesia dulu, maka anak akan merasa sudah dibatasi kosakatanya sesuai yang ada dalam bahasa Indonesia.
"Sering saya temukan kata-kata dari teman-teman orang Sunda yang ternyata lebih gampang diterjemahkan langsung ke bahasa Inggris karena banyak kata yang sulit untuk dicarikan dalam bahasa Indonesia," kata Alison saat ditemui Tribun seusai menjadi pembicara pada sebuah seminar di
Sekretariat Kerukunan Istri Bank Jabar Banten (KIBAR), Jalan Kejaksaan No 4, Selasa (19/6/2012).
Pembelajaran bahasa ini, kata Alison, akan menjadi beban berat bagi guru-guru di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD). Sebab, mereka memberi pelajaran bahasa daerah atau Sunda, bahasa Indonesia, dan bahasa internasional (Inggris), padahal belum banyak yang menguasai materi dasar pembelajaran itu.
"Ketiga bahasa itu perlu diajarkan di PAUD karena bahasa daerah jelas untuk membangun dasar pemahaman bahasa. Bahasa nasional dan bahasa internasional perlu dikenalkan karena lebih baik dikenalkan oleh guru daripada anak-anak hanya mendapat pengajaran yang tidak langsung dari film-film kartun di televisi. Jadi bahasa asing tetap harus dikenalkan tapi bahasa daerah dan nasional harus diperkuat," ujar Alison.
Baca juga: