BI tak Jadikan TD Valas Sebagai Instrumen Permanen
Meski baru saja dioperasikan, Bank Indonesia tidak akan menjadikan term deposit valuta asing
Laporan Wartawan Kontan Roy Franedya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski baru saja dioperasikan, Bank Indonesia tidak akan menjadikan term deposit valuta asing (TD valas) sebagai instrumen permanen. BI akan menghentikan lelang instrumen ini bila pasar kembali normal dan rupiah stabil. Sebagai gantinya, BI akan mengembangkan pasar valas domestik.
Direktur Eksekutif Departemen Riset Kebijakan dan Moneter BI Perry Warjiyo, mengatakan term deposit valas berfungsi menambah pasokan valas domestik demi menjembatani mismatch antara supply dan demand valas. "Kalau nanti pasar domestik sudah mampu memasok permintaan valas dalam kondisi normal, kami akan menghentikan," ujarnya akhir pekan lalu.
Sebagai ganti, BI akan mengembangkan pasar lindung nilai (hedging) seperti swap dan forward jangka pendek. Menurut rencana, aturan ini akan terbit paling lambat semester II-2012. Selama ini, BI hanya mengembangkan pasar hedging untuk jangka waktu tiga bulan - enam bulan. "Kami sudah membahas dan akan menciptakan recycle supply dan demand," tambah Perry.
BI meyakini pendalaman pasar hedging domestik mampu melindungi valas dari gejolak kurs dan menciptakan pasokan valas yang konstan. "Selama yang memegang valas menahan dollar di luar negeri, instrumen ini bisa ditawarkan lagi," katanya.
Pasokan valas terjadi mismatch lantaran bank menempatkan valas mereka di luar negeri. Selain itu, kondisi Eropa yang memburuk mendorong pemilik valas menahan pasokan ke pasar. Selain untuk hedging mereka juga mengharapkan untung dari gejolak kurs.
Rata-rata dana valas perbankan yang berputar di Pasar Uang Antarbank (PUAB) luar negeri mencapai US$ 2 miliar. Sementara PUAB dalam negeri hanya US$ 300 juta sampai US$ 400 juta.
Pada lelang perdana TD valas Rabu (13/6/2012), BI menyerap likuiditas valas bertenor 7 hari sebesar 550 juta dolar AS. Bunganya hanya 0,17 persen. Sedangkan tenor 14 hari menghasilkan valas 150 juta dolar AS dengan bunga 0,18 persen.
Pada lelang tersebut jumlah penawaran yang masuk mencapai 1,62 miliar dolar AS. Sementara target indikatif BI hanya 700 juta dolar AS. Sumber KONTAN menyebutkan, bank-bank BUMN tercatat paling aktif dalam lelang tersebut.
Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI), Achmad Baiquni, mengatakan fasilitas hedging bisa menjauhkan bank dari kerugian. Produk ini juga bisa menjadi fee based income. "Kalau ada hedging jangka pendek, eksportir akan menyukai dan banyak membeli produknya. Ini bagus bagi bank," ujarnya.
Lucky Safril, Kepala Tresuri Bank Commonwealth Indonesia, menilai pendalaman pasar valas domestik dengan swap akan menguntungkan. Investor bisa mendapatkan rupiah, tapi ada kepastian dollar mereka akan kembali ketika perjanjian jatuh tempo. "TD valas sudah seharusnya bersifat sementara, karena BI bukan bandar dollar," ujarnya.
Meningkatnya transaksi swap bisa menambah valas di pasar namun perlu terobosan agar likuiditas lebih fleksibel. BI pernah menawarkan swap 1-2 tahun. "Potensi dana berpindah keluar negeri pasti ada tapi tidak besar karena eksportir kini sudah merasa aman," terangnya.