Kamis, 2 Oktober 2025

Ibunda Jumhur Hidayat Luncurkan Buku

Hj. Ati Amiati Sobari, ibunda Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat meluncurkan buku

Editor: Gusti Sawabi

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Hj. Ati Amiati Sobari, ibunda Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat meluncurkan buku berjudul "Memoir Bunda Seorang Aktivis".

    Peluncuran buku setebal 114 halaman akan berlangsung di kediaman Ati di kediaman Jalan Babakan Jeruk I Nomor 6 Pasteur, Bandung, Minggu (10/6).

    "Latar belakang saya menulis memoir ini karena dalam perjalanan hidup saya mengalami suatu peristiwa yang terus menjadi kenangan yang mengharu biru perasaan kami berujung kepada pergolakan batin kami yang sangat luar biasa itu," kata wanita yang ditinggal wafat suaminya, H Mohammad Sobari Sumartadinata, SH, pada 9 Oktober 2010.

    Pasangan Ati dan Sobari dikaruniai empat anak yakni dr.Endah Sulastiana, MARS,  Mohammad Imam Afandi, SE, MM, Ir. Mohammad Jumhur Hidayat, dan Mohammad Agung Anugrah SE, Ak.

    "Anak kami nomor tiga inilah yang aktivis dan kejadian yang menimpanyalah yang menorehkan gejolak batin yang buat kami sekeluarga terutama saya sebagai ibunya," kata Ati.

    Ati membagi memoirnya menjadi empat bagian.
   

Bagian pertama bertutur tentang suasana Kota Bandung tahun 1968, saat bayi Jumhur lahir di Bandung pada 18 Februari 1968, masa sekolah Jumhur sejak sekolah dasar hingga masa kuliah di ITB dan masa Jumhur terpenjara menyusul peristiwa Sabtu Kelabu 5 Agustus 1989 saat Jumhur bersama para mahasiswa ITB menolak kehadiran Menteri Dalam Negeri Jenderal (Purn) Rudini ke kampus ITB untuk berceramah pada Penataran P-4 bagi mahasiswa.

  "Saya terkejut, kaget bagai disambar halilintar mendengar berita itu," tutur Ati di halaman 18 memoirnya tentang penangkapan atas Denci, panggilan Jumhur semasa kecil.

    Jumhur ditangkap pada Senin 7 Agustus 1989 menjelang siang di kediaman Jalan Babakan Jeruk I Nomor 6 Bandung itu saat kedua orang tuanya telah kembali ke Jakarta untuk bekerja.

    Ati menceritakan suara berat seorang laki-laki diujung telepon menanyakan apakah benar dia ibu dari Jumhur, mahasiswa ITB.

    "Setelah saya kawab benar, dia mengatakan bahwa dia adalah seorang Kolonel dari Kodam III Siliwangi jabatan Asisten Inteligent dan menyatakan bahwa anak saya Jumhur ditangkap, diamankan di Jalan Sumatera 37 (Dan Den Intel) karena terlibat dalam aksi demo mahasiswa di kampus ITB dan telepon ditutup," kata Ati mengisahkan.

    Ati langsung menelepon ke rumahnya di Bandung, kebetulan yang mengangkat anaknya, Endah. Sambil menangis Endah mengiyakan bahwa adiknya sudah ditangkap.

    Hari itu pula Ati bergegas ke Bandung untuk menemui Jumhur di tahanan instansi militer Kodam III Siliwangi. Awalnya Ati dicegah petugas tetapi dia tetap bersikeras menemui anaknya dan akhirnya diizinkan.

    "Masya Allah saya kaget melihatnya. Koq tangan kanan-kirinya dipegang seperti penjahat saja? Setelah diperbolehkan duduk, saya peluk dia, saya ciumi dia dengan perasaan penuh tanda tanya apa gerangan kesalahan dia?," kata Ati mengenai pertemuan 10 menit anaknya di tahanan militer itu.

      Pada bagian kedua memoirnya, Ati mengisahkan masa Jumhur dalam kurungan yang terdiri atas vonis dan penusakambangan, pemecatan dari kampus, hingga kebebasan, karunghal, dan ultimatum pernikahan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved