Selasa, 7 Oktober 2025

Marzuki Alie: Kita Tak Campuri Internal Keraton Surakarta

Ketua DPR RI Marzuki Alie mengungkapkan tak ikut campur tangan urusan internal Keraton Surakarta Hadiningrat. Secara kelembagaan

Penulis: Y Gustaman
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-inlihat foto Marzuki Alie: Kita Tak Campuri Internal Keraton Surakarta
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Ketua DPR RI Marzuki Alie, Anggota DPR RI Ario Bimo, Paku Buwono XIII Hangabehi, dan KGPH KGPH Panembahan Agung Tedjowulan, memotong tumpeng dalam acara syukuran, usai penandatanganan dukungan dari pemerintah atas rekonsiliasi Keluarga Keraton Surakarta, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/6/2012). Keraton Surakarta mengalami perpecahan pada tahun 2004, setelah wafatnya Paku Buwono XII yang tidak meninggalkan putera mahkota, namun dengan adanya rekonsiliasi tersebut kini Keraton Surakarta bersatu dengan PB XIII Hangabehi sebagai rajanya. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR RI Marzuki Alie mengungkapkan tak ikut campur tangan urusan internal Keraton Surakarta Hadiningrat. Secara kelembagaan, DPR hanya membantu merekonsiliasikan dua pihak untuk kembali akur dan akhirnya terwujud Dwi Tunggal.

"Saya enggak mengerti urusan internal. Sekarang dua pihak sudah saling menerima dan mereka mau bersama-sama mendukung keraton," ujar Marzuki usai penandatangan dukungan rekonsiliasi Keraton Surakarta di Ruang Pustakaloka, DPR RI, Jakarta, Senin (4/6/2012).

Sebelum acara penandatangan dimulai, terjadi insiden kecil. Gusti Ratu Ayu (GRAy) Koes Indriyah dan Koes Murtiyah mencak-mencak kepada KGPH Panembahan Agung Tedjowulan ketika memasuki ruangan. Indriyah menganggap Tedjowulan hanya mau mengacak-acak keraton.

Perlu diketahui, sejak rekonsiliasi, Keraton Surakarta tak ada lagi dua raja. Lalu muncul kepemimpinan Dwi Tunggal di mana Paku Buwono III Hangabehi sebagai raja, dan Tedjowulan sebagai wakil raja. Selama delapan tahun, Hangabehi dan Tedjowulan mengklaim sebagai PB XIII. Tapi kini sudah tidak lagi.

"Saya dengan ikhlas melepas gelar Paku Buwono XIII menjadi mahapatih dan dengan ikhlas dan kebesaran hati mendampingi Paku Buwono XIII dalam menjalankan tugas dan melestarikan keraton Surakarta," ungkap Tedjowulan dalam sambutannya di acara itu.

Marzuki mengakui, upaya rekonsiliasi sudah dilakukan sejak jauh hari oleh Hangabehi dan Tedjowulan. Marzuki mengakui saat itu ditawari gelar keraton oleh Tedjowulan, namun ditolaknya. Dengan alasan yang Marzuki inginkan bukan gelar tapi dua saudara itu rukun kembali menata Keraton Surakarta.

"Saya enggak ada urusan. Urusan internal keraton kita enggak mau ikut campur. Posisi kita sebagai negara, keraton surakarta itu aset negara. Ini permintaan mereka. Kalau dilaksanakan di sini karena rumah rakyat. Yang paling penting Keraton surakarta diselamatkan," tegas Marzuki.

Klik Juga:

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved