Kematian Bayi Azzam Masih Jadi Misteri
Penyebab kematian Azzam Najib Anasir, bayi usia 40 hari pasangan Miranda (19)
Laporan Wartawan Tribun Lampung, Robertus Didik
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Penyebab kematian Azzam Najib Anasir, bayi usia 40 hari pasangan Miranda (19) dan M Nasir (22), warga Panutan III RT I/RW 3, Pekon Panutan, Kecamatan Pagelaran, masih menjadi misteri.
Dinas Kesehatan sendiri menekankan jika imunisasi bukan penyebab bayi laki-laki seberat 5,2 kilogram itu meninggal. Tapi, kematian Azzam tersebut sehari pasca imunisasi BCG. “Sebelum imunisasi, keponakan saya itu sehat,” tukas Sembiko, pamannya Azzam, Kamis (24/5/2012).
Ia menyayangkan terkait pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Endang Budiati, yang mengatakan hasil diagnosa tidak ada pendarahan pada bekas suntikan imunisasi di bahu kanan Azzam. Sebab, menurut Sembiko, Endang tidak melihat sendiri kondisinya saat itu. Selain itu, tambahnya, kondisi Azzam tersebut memburuk setelah menerima imunisasi di UPT Puskesmas Pagelaran.
Sembiko mengaku keluarganya tidak menuntut apapun terhadap pihak puskesmas, akan tetapi harapan keluarga ada itikat baik. Yakni datang ke kediamannya, meski sekadar silaturahmi atau meminta maaf. “Sampai sekarang ini kami masih menunggu, karena katanya mau datang,” tambahnya.
Atas kejadian itu, dia hanya berharap peristiwa yang sama tidak terjadi terhadap bayi-bayi yang lain. Apa lagi, program imunisasi itu diberikan kepada setiap bayi. Tidak hanya di Pagelaran, melainkan juga seluruh Pringsewu.
Kalau pun bukan vaksinnya, mungkin saja dari cara penanganan tenaga kesehatan di puskesmas. Namun bila meninggalnya Azzam akibat penyakit lain, atau waktu akan diimunisasi kondisinya tidak baik. “Kenapa imunisasi itu tetap diberikan? Kan sebelumnya didiagnosa terlebih dahulu,” ucapnya.
Dinas Kesehatan Pringsewu telah membentuk tim untuk mengumpulkan informasi terkait meninggalnya Azzam. Endang yang merupakan Kepala Dinas Kesehatan Pringsewu mengatakan, meninggalnya bayi tersebut lantaran sepsis (keracunan darah), kondisi medis yang berbahaya atau mengancam nyawa.
Ironisnya, ketika ditanya terkait penyebab sepsis tersebut, Endang lebih mengoreksi pola asuh bayi tersebut saat bersama keluarga setelah imunisasi. Endang mengaku akan mencari keterangan ke keluarga, masih sungkan dengan alasan suasana duka.
Tetapi Sembiko sendiri menekankan bahwa keluarga menunggu kedatangan pihak puskes ataupun Dinas Kesehatan. Dia sendiri sanksi dengan kredibilitas tim pencari fakta Dinas Kesehatan karena berasal dari internal kesehatan.
Semestinya, persoalan ini mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Agar tidak terdapat lagi bayi yang bernasib serupa dengan Azzam.