Tribun Jakarta Edisi Pagi
Biaya Avtur Helikopter untuk Evakuasi Rp 49 Juta per Hari
Semua pesawat evakuasi itu ternyata menjadi beban Lanud Atang Sendjaya, seperti pembekalan bahan bakar kendaraan untuk helikopter.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proses evakuasi korban jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di tebing puncak Gunung Salak 1, Bogor, Jawa Barat, sudah berlangsung sepekan.
Selain mengerahkan lebih dari 2.063 personel dari tentara, polisi, maupun sipil, proses evakuasi pun mengerahkan tujuh helikopter, termasuk milik Rusia yang bergabung sejak dua hari terakhir.
Semua pesawat evakuasi itu ternyata menjadi beban Lanud Atang Sendjaya, seperti pembekalan bahan bakar kendaraan untuk helikopter.
Lantaran jalur evakuasi korban dan puing-puing pesawat di lembah puncak Gunung Salak melalui jalur udara, helikopter menjadi kendaraan sentral evakuasi.
Berdasarkan data yang dihimpun Tribunnews.com, sedikitnya ada lima pesawat yang dioperasikan di landasan helikopter atau helipad Posko Darurat di lapangan sepakbola SMPN 1 Cijeruk, Cipelang, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Posko tersebut merupakan pusat transit heli menuju Gunung Salak, dan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Jenis helikopter yang diturunkan adalah Super Puma milik TNI AU yang mampu mengangkut 18 orang, heli Bolcow NBO-105 milik Basarnas, dan tiga helikopter berukuran sedang (medium range) milik Palang Merah Indonesia (PMI), Basarnas, Polri, dan heli milik Rusia.
"Jika cuaca cerah, helikopter akan aktif digunakan mengevakuasi korban dari pukul 06.00 WIB sampai 17.00 WIB. Tapi, jika cuaca buruk hanya sampai 15.00 WIB," kata Komandan Pangkalan Udara TNI AU Atang Sendjaya Marsekal Pertama Tabri Santoso, kepada Tribunnews.com di Posko Cijeruk, Selasa (15/5/2012).
Pembagian tugas dibagi menjadi dua jalur. Ada heli yang khusus diperuntukkan membantu evakuasi dan mengangkut logistik ke puncak Gunung Salak, ada juga untuk mengantar kantong jenazah korban dan kantong puing pesawat ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
"Ada juga beberapa helikopter milik TNI AD jenis Super Puma yang langsung terbang dari Lanud Atang Sendjaja ke Puncak Salak 1," jelas Tabri.
Pembekalan bahan bakar dalam evakuasi, juga masih menggunakan persediaan dari Pangkalan Udara Atang Sendjaja.
Pengeluaran bahan bakar dari semua helikopter, termasuk milik Rusia, sedikitnya mencapai 4.000 sampai 5.000 liter avtur per hari.
"Untuk helikopter Super Puma saja, konsumsi bahan bakarnya membutuhkan 800 liter avtur per satu jam. Sedangkan untuk helikopter kecil lainnya membutuhkan konsumsi bahan bakar 200 sampai 300 liter avtur per jam," ungkap Tabri.
Harga bahan bakar untuk pesawat (avtur), menurut situs Pertamina untuk tiga bulan ke depan yang dikeluarkan pada awal April 2012, Rp 9.845 per liter.
Harga ini naik Rp 445 dari dua bulan sebelumnya, yakni Rp 9.400 per liter. Dengan demikian, untuk biaya bahan bakar saja berkisar Rp 39,38 juta sampai dengan Rp 49,225 juta per hari.
Jika dihitung biaya rata-rata selama enam hari sejak Kamis lalu, biaya yang dikeluarkan untuk memberi 'minum' lima helikopter itu hampir Rp 300 juta.