Jumat, 3 Oktober 2025

Pesawat Sukhoi Jatuh

Sesajen Petai Bakar Cerahkan Kabut Gunung Salak

Awan tebal atau kabut yang menyelimuti puncak Gunung Salak menjadi musuh utama tim evakuasi korban pesawat Sukhoi jatuh

Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-inlihat foto Sesajen Petai Bakar Cerahkan Kabut Gunung Salak
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Tim gabungan bersama jurnalis mendaki di kaki Gunung Salak, Sukabumi, Jawa Barat, dalam upaya pencarian pesawat Sukhoi Superjet 100, Kamis (10/5/2012). Pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh di Gunung Salak Sukabumi, Jawa Barat, Rabu 3 Mei lalu saat melakukan demo penerbangan yang disebut Joy Flight. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA

TRIBUNNEWS.COM,BOGOR--Awan tebal atau kabut yang menyelimuti puncak Gunung Salak menjadi musuh utama tim evakuasi korban pesawat Sukhoi jatuh. Kabut tebal membatasi jarak pandang sehingga jasad korban tidak bisa diangkut. Kendala lainnya lokasi jatuhnya peswat berada di tebing terjal yang sulit dijangkau.

Seperti, kejadian Jumat sore. Komandan Landasan Udara Atang Sendjaya Marsekal Pertama Tabri Santoso terpaksa menghentikan upaya mengangkut empat kantong jenazah yang telah disiapkan di landasan helikopter di lokasi jatuhnya pesawat.

Tabri mengatakan, helikopter sangat berbahaya bila diterbangkan di tengah kabut tebal. Dikhawatirkan bisa kecelakaan.

Sejak Rabu, saat Sukhoi Superjet100 buatan Rusia jatuh di tebing Gunung Salak, Cidahu, Kabupaten Sukabumi, kabut tebal selalu menyelimuti puncak gunung. Sebentar tersapu, namun sekejap lagi langsung tebal.

Kondisi inilah yang dikeluhkan tim evakuasi. "Semoga besok cuaca terang, agar heli bisa evakuasi dari lokasi," kata Danlanud Atang Sendjaya Marsekal Pertama Tabri Santoso, Jumat lalu saat mengehntikan upaya evakuasi SAR udara.

Sabtu pagi, harapan serupa dilontarkan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Sabtu (12/5/2012).

"Semoga cuaca terang. Mari kita doakan, kalau cuaca cerah, Isnya Allah evakuasi cepat beres," kata Ahmad Heryawan, saat meninjau kegiatan aktivitas evakuasi di lapangan transit, Lapangan SMP Negeri 1 Cijeruk, Cipelang, Cijeruk Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Harapan Tabri, Ahmad Heryawan, dan tentu saja keluarga para korban Sukhoi jatuh itu, akhirnya terwujud. Tapi tahukah anda ada prosesi ritual-tradisional yang sesuai adat-istiadat warga kaki Gunung Salak di balik itu? Namanya tawasulan qubro.

Boleh percaya, boleh tidak. Namun ini kenyataan.

Sabtu pagi, mobil doble kabin, Mitsubishi Strada mengangkut sejumlah orang pemuka masyarakat Cipelang, Cijeruk. Bersama mereka, dibawa pula nasi tumpeng, dengan menu khusus petai bakar dan ikan pedak atau ikan kembung, juga dibakar.

"Saya baru membawa para pemuka masyarakat ke atas. Bawa nasi tumpeng dan sajen. Di atas akan diadakan ritual," kata seorang anggota polisi dari Polsek Cijeruk.

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Cijeruk H Marsa Abdullah, membenarkan adanya doa dengan pendekatan ritual lokal.

Menurutnya, tumpengan digelar selain melanjutkan tradisi turun-temurun warga sekitar Gunung Salak, juga atas dukungan keluarga korban. Ada keluarga korban yang meminta nasihat orang pintar atau paranormal dari luar Cijeruk menganjurkan adanya acara ritual lokal.

"Tumpengan ini dilakukan, karena upaya sudah berhari-hari tapi mayat belum bisa dievakuasi semua. Kita khawatir masih ada yang diselimuti gaib, jadi kita berharap supaya dibukakan," ujar Kiai Haji Marsa, ditemui Tribunnews.com di kediamannya di kampung Pasir Pogor, Cijeruk, Sabtu siang.

Lewat doa ini, katanya berharap, ada mukjizat, semoga masih ada penumpang yang hidup sehingga bisa bersaksi memberi keterangan soal musibah jatuhnya Sukhoi, sejak Rabu lalu. "Walaupun agak mustahil, 100 persen mati. Tapi itu usah-usaha saja," kata laki-laki paruhbaya ini.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved