Minggu, 5 Oktober 2025

Angklung, Alat Musik Indonesia yang Keliling Dunia!

Tidak diragukan lagi kalau Indonesia adalah negara yang kaya. Mulai dari suku, bahasa, tarian, juga alat musiknya. Bahkan, sudah banyak kebudayaan In

Editor: Content Writer
Kemlu.go.id
Penampilan angklung di Gedung PBB, New York. 

Berita baik mengenai eksistensi dari angklung kembali berhembus guys, angklung juga berhasil menggema di markas PBB. 30 April 2018 menjadi kali pertamanya angklung terdengar di dalam gedung PBB, New York. Sekitar 30 seniman dari Saung Angklung Udjo dan House of Angklung berkolaborasi di sana.

Bersama penari dari Padepokan Jugala Taya, mereka berhasil memukau 500 diplomat dari 193 negara dan pejabat tinggi PBB. Bangga ya!

Suara musik angklung bukan hanya bergema di pentas bergengsi tingkat internasional, namun juga bergema di pucak-puncak tertinggi di dunia.

Wah berarti angklungnya naik gunung? Yaps benar sekali!

Dalam ekpedisi The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition, dua mahasiswi Friansiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari berhasil membawa angklung hingga ke puncak gunung tertinggi di dunia. Dua mahasiswi itu tergabung di organisasi Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Parahyangan Bandung (Mahitala Unpar), Bandung. Keren banget!

Mahitala dan angklung
Friansiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari di Puncak Gunung Denali, Alaska, 1 Juli 2017.

Kedua Srikandi tersebut sengaja membawa angklung disetiap pendakiannya. Tenyata, tujuan dari mereka membawa angklung adalah untuk terus berkontribusi dalam melestarikan alat musik tradisional yang berasal dari tanah sunda itu.

Senada dengan tujuan dari kelompok kesenian di atas, kedua mahasiswi ini dengan sengaja membawa alat musik khas Jawa Barat, untuk memperkenalan angklung secara luas di mata dunia.

Tidak dapat dipungkiri guys, membawa angklung untuk sampai di puncak gunung tertinggi di dunia bukan perkara mudah. Pasalnya, mereka harus siap untuk menghadapi berbagai macam kemungkinan yang tidak diinginkan seperti melewati medan extrem, terkena penyakit hipotemia, badai salju, frostbite (radang dingin), dan ancaman lainnya.

Mereka juga harus mempersiapkan berbagai macam kebutuhan untuk melakukan pendakian. Bukan itu saja, mereka juga harus mempersiapkan fisik dan mental agar tahan dalam menghadapi segala kondisi.

Ekpedisi yang memakan waktu kurang lebih empat tahun dari 2014-2018 ternyata membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Berkat tekat kuat dan dukungan dari berbagai pihak, kedua Srikandi tersebut berhasil membawa dan membunyikan angklung di puncak-puncak gunung tertinggi di dunia. Salut!

Penulis: Nurfina Fitri Melina

Editor: Dea Duta Aulia

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved