Minggu, 5 Oktober 2025

Tren Batu Akik di Lampung Mulai Turun

Saat ini tren batu akik di Bandar Lampung sedang mengalami penurunan.

Editor: Mohamad Yoenus

Laporan Wartawan Tribun Lampung, Yoga Noldy Perdana 

TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Saat ini tren batu akik di Bandar Lampung sedang mengalami penurunan.

Berdasarkan pantauan Tribun Lampung terhadap beberapa pedagang batu, rata-rata para penjual mengalami penurunan omset sekitar 50 sampai 80 persen.

Salah satu pedagang batu akik di Jalan Bengkulu, Pasar Tengah, Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung, Yanto, mengatakan penurunan omzet penjualan batu akik sudah mulai terasa sekitar empat bulan lalu.

“Ya saya rasa saat ini daya beli masyarakat terhadap batu akik mengalami penurunan, ini dialami oleh semua pedagang yang ada di Bandar Lampung. Menurut saya ini semua diakibatkan oleh perekonomian dari masyarakatnya sendiri yang juga menurun, dan juga bisa diakibatkan oleh jenis batunya sendiri yang saat ini kurang tersedia di pedagangnya,” ujar Yanto saat ditemui di lapak batunya di Pasar Tengah, Sabtu (22/8/15).

Yanto juga mengatakan, batu akik sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu batu akik kelas biasa dan batu akik kelas tinggi (batu permata).

“Batu akik kelas biasa contohnya seperti akik badar, cempaka, obsidian, dan lain-lain. Nah jenis-jenis batu akik kelas biasa ini lah yang memang mengalami penurunan daya belinya. Sedangkan untuk batu kelas permata seperti Ruby, Zamrud, ataupun Safir saya rasa untuk harganya sendiri sampai sekarang masih tetap stabil walaupun daya beli masyarakatnya ikut menurun karena faktor ekonomi tadi, namun harga dari batu kelas permata justru semakin lama semakin naik," katanya. 

"Harga sebuah batu akik di masing-masing penjual pun tidak pernah sama. Misalnya di tempat saya sebuah batu akik berjenis Bungur Tanjung Bintang harganya Rp 1 juta, di tempat lain mungkin harganya bisa lebih tinggi ataupun rendah. Jadi harga sebuah batu akik tidak pernah baku, tergantung harga yang dikeluarkan dari sang penjual dan kesepakatan dari sang pembeli,” ujarnya.

Penjual batu akiik lain, Adi, menuturkan belakangan ini penjualan batu akik semakin menurun.

Ia mengkui bahwa omzet penjualannya menurun sebanyak 50 persen.

“Ini mungkin diakibatkan oleh faktor ekonomi masyarakatnya dan juga faktor bahan pokok yang juga semakin mahal yang turut mempengaruhi daya beli pada batu akik juga. Pelanggan-pelanggan tetap saya juga akhir-akhir ini jarang mampir kesini, mereka bilang sedang banyak pengeluaran untuk keperuan lainnya seperti biaya anak sekolah, kebutuhan dapur dan lain-lain,” tuturnya.

Ketua Asosiasi Batu Mulia Indonesia (ABAMI) Provinsi Lampung sekaligus Ketua Krakatau Gemstoners Club Lampung, Ahmad Jares Mogni, mengatakan belakangan ini tren batu akik memang sedang mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi yang mempengaruhi daya beli masyarakatnya.

“Batu akik ini kan bukan kebutuhan pokok, mungkin dari masyarakatnya sendiri lebih mulai lebih mementingkan kebutuhan-kebutuhan utamanya berhubung harga-harga kebutuhan sembako juga semakin mahal, contohnya seperti daging sapi,” ujarnya.

Saat ini, lanjut Jares, yang meramaikan batu akik di Bandar Lampung adalah jenis batu akik kelas biasa atau yang harganya kisaran Rp 200 ribuan ke bawah.

“Tren yang menurun ini juga disebabkan oleh adanya pergantian tren dari batu akik kelas biasa ke batu akik kelas batu permata yang harganya relative tinggi kisaran Rp 500 ribu sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Tags
batu akik
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved