Tribunners / Citizen Journalism
Mengapa Mereka Suka Gamelan?
Kecintaannya pada musik gamelan mendorongnya agar gamelan lebih dikenal di kalangan mahasiswa-mahasiswa non Indonesia.
Dr Andres Varsanyi (67) adalah seorang instruktur yang mengajar gamelan di Universitas Passau, Jerman.
Gamelan sendiri menjadi bagian dari Program Asia Tenggara yang diinisiasi Universitas Passau sebagai wadah mahasiswa untuk berdiskusi dan belajar tentang kultur, politik dan pengalaman keseharian hidup masyarakat di Asia Tenggara.
Pak Andres terpanggil menjadi pengajar gamelan yang digelar sebulan sekali di kampus Passau, yang berjarak empat jam lebih dari rumah tinggalnya.
Kecintaannya pada musik gamelan mendorongnya agar gamelan lebih dikenal di kalangan mahasiswa-mahasiswa non Indonesia.
Awalnya Pak Andres mengenal gamelan saat ia berlibur ke Bali saat ia masih menjadi mahasiswa dulu.
Di Bali ini, dia menyaksikan pertunjukkan gamelan yang terbilang unik menurut pengalaman beliau.
Maklum saja, Pak Andres memiliki latarbelakang pendidikan musik dari sebuah universitas di Eropa.
Menurut beliau, seseorang bermain instrumen musik bisa jadi karena hobi atau kesenangan memainkannya.
Namun gamelan, memiliki makna tersendiri.
Ia mengamati pemain gamelan bisa memainkan gamelan dengan piawai meskipun ia seharian lelah bekerja.
Gamelan menjadi tradisi budaya yang lekat dengan kehidupan.
Gamelan yang dimainkan menghasilkan melodi yang menurutnya berbeda dari kebanyakan alat musik yang dipelajarinya di Eropa.
Serupa dengan pendapat Pak Andres, Hanna Hiebl (22) adalah mahasiswa Universitas Passau yang juga berkesempatan mengikuti program gamelan.
Hanna memang pernah tinggal selama satu tahun di Yogyakarta untuk program pertukaran budaya.
Ia pernah mendengar suara gamelan saat ia berada di Indonesia dulu.
Sekembalinya di Jerman, ia berharap bisa ikut memainkan gamelan yang menurutnya punya keunikan dibandingkan alat musik lainnya yang dikenalnya di Jerman.
Hanna berpendapat, gamelan menghasilkan suara yang tenang seperti meditasi.
Kelompok gamelan yang dipimpin oleh Pak Andres bernama 'Tidak Apa-apa' yang kadang tampil memukau dalam acara pertunjukkan seni yang digelar kota Passau.
Dalam festival budaya, Pak Andres tak segan-segan melatih mahasiswa-mahasiswa warga negara asing untuk mengenal gamelan.
Seperti yang saya alami dalam acara Winterfest, Festival Budaya dan Malam Seni Asia, yang diselenggarakan di kampus saya beberapa waktu lalu.
Saya yang sudah lama tak memainkan gamelan tampak sibuk mengikuti arahan Pak Andres untuk mengenali nada-nada dasar gamelan.
Pengalaman menarik memainkan gamelan ini dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa Jerman dan beberapa mahasiswa asing lainnya.
Mereka mengaku suka memainkan gamelan karena gamelan membentuk kebersamaan dalam memainkan musik.
Tak hanya Hanna atau Pak Andres saja yang suka bermain gamelan, masih ada mahasiswa-mahasiswa lainnya di Universitas Passau yang jatuh hati pada gamelan. (*)
Ditulis oleh Anna Liwun, Mahasiswa Universität Passau.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.