Jumat, 3 Oktober 2025

Blog Tribunners

Menghadapi Kenyataan Hidup Anak Adalah Mahligai Rumah Tangga

Dipagi yang cerah menyisir dari desa kedesa Bunda Fat jalani dalam berda’wah

Penulis: Toni Bramantoro

TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Dipagi yang cerah menyisir dari desa kedesa Bunda Fat jalani dalam berda’wah.

Pekan lalu, tepatnya Rabu, 14 September, sejak pkl 07.00 WIB Bunda Fat sudah meninggalkan rumah menuju Masjid Baitul Muttaqin, Desa Bojong Nangka, Gunung Putri, Cibinong, Bogor.

Begitu Bunda Fat memasuki gerbang Masjid terdengar suara bacaan Surat Yasin bertautan diantara para jama’ah yang memenuhi serambi Masjid, hadir beberapa  sesepuh Majlis Ta’lim satu diantaranya ustazah Muhaji selaku pimpinan Majlis.

Sekitar 150 jama’ah yang kira kira berusia diatas 50 hingga 70  tahun berderet duduk dengan rapinya, berkerudung dengan indahnya, mereka bersiap-siap dengan semangatnya mendengarkan Motivasi Reliji dari Bunda Fat, semua itu kiranya dilakukan untuk menyirami qolbunya agar hatinya selalu diliputi aura positif, itulah bila kita menghadapi usia senja.

Sehubungan dengan usia para jamaah Bunda Fat pun mengambil tema yang bertajuk “Anak Adalah Mahligai Rumah Tangga".

Untuk menjaga kebahagiaan dalam rumah tangga dibutuhkan seorang ibu yang mampu memberikan sentuhan Illahi pada putra- putrinya dengan cara anak harus disayang, anak harus dijaga, anak harus dicintai penuh kedamaian seperti menjaga mutiara dalam bingkisan sutra, tertata rapi dalam genggamannya.

Hal ini harus dilakukan seorang ibu karena ibu adalah tokoh utama sebagai pendidik dalam rumah tangga, untuk itu  harapan setiap orang tua terhadap anaknya janganlah:

* Seorang anak menjadi Fitnah, ketika anak sudah dewasa terkontaminasi dengan dengan lingkungan terkena narkoba, berzina, pencuri dan lain sebagainya, sehingga dimasyarakat menjadi bahan pembicaraan, bahan gunjingan akhirnya menjadi fitnah dari mulut kemulut.

* Seorang anak menjadi hiasan, ketika anak dari kecil hingga dewasa oleh orang tua disekolahkan tinggi-tinggi agar menjadi orang yang terhormat, namun apa yang terjadi, orang tua merasa kecewa yang mendalam karena yang anak lupa akan Tuhannya/Allah sebab sang anak lebih mementingkan ilmunya, logikanya, maupun pikirannya sehingga dimata orang tua anak hanyalah sebagai hiasan di dunia.

* Seorang anak menjadi musuh, ketika dari lahir dibacakan Dua Kalimat Syahadat, ketika bertambah umur menjadi anak-anak disekolahan agama, ketika anak sudah dewasa masuk dalam lingkungan yang tidak diketahui orang tuanya, lalu suatu ketika anak kita tiba-tiba berpindah aqidah hanya karena adanya alasan tertentu untuk memenuhi keinginnya, disinilah secara keimanan anak menjadi musuh karena  berbeda aqidah dengan orang tuanya, walaupun secara hubungan kekeluargaan masih tetap terjalin.

* Seorang anak menjadi pengharapan, oleh karena sejak dari kandungan ayah dan ibunya selalu membacakan ayat suci Al Qur’an, begitu lahir dari bayi, tumbuh menjadi balita, lalu tumbuh menjadi anak-anak dan tumbuh menjadi dewasa hingga menikah masih dalam satu nggenggaman tali ikatan keimanan yang teguh.

Semua ini terbentuk berkat didikan kedua orangtuanya yang begitu iklas karena orang tua hanyalah menunggu sebuah pengharapan sang anak mengakat kedua tanggannya  mendoakan untuk ayah dan bunda dan agar seorang anak dapat memberikan Safaat bagi orang tuanya dizaumil akhir nanti.

Subhanallah….inilah miniatur anak soleh dan solehah yang menjadi pengharapan.

"Salam rindu sahabat," seru Bunda Fat, sekaligus menutup paparan singkat dari motivasi reliji yang disampaikannya pekan silam.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved