
Blog Tribunners
Perkenalkan Engkus Pesinden Muda Yogyakarta
Jika kita mendengar kata sinden, mungkin yang akan muncul di benak atau pikiran kita adalah penggiat seni yang mungkin usianya sudah tidak muda lagi.
TRIBUNNERS - Jika kita mendengar kata sinden, mungkin yang akan muncul di benak atau pikiran kita adalah penggiat seni yang mungkin usianya sudah tidak muda lagi.
Tetapi, kini kata sinden tidak selalu identik dengan sosok tersebut, belakangan ini para pemuda maupun pemudi sudah mulai tertarik untuk menjadi sinden.
Kusdiyanto atau yang akrab dipanggil Engkus ini mungkin belum begitu akrab di telinga penikmat lagu-lagu Jawa khususnya di daerah Yogyakarta.
Namun, pemuda kelahiran 10 Juli 1995 ini, kini mulai meramaikan panggung budaya di Yogyakarta. Ia merupakan satu dari sekian pemuda yang menekuni profesi sebagai sinden di Yogyakarta.
Putra dari pasangan bapak Wasdiyo dan Ibu Gladrah ini adalah seorang sinden Jathilan yang tergolong berusia muda.
Di usia mudanya inilah Engkus mulai mendalami bakat dan kemampuannya, ia adalah seorang pemuda yang sangat mencintai kebudayaannya, kecintaannya terhadap budaya itu ia ekspresikan dengan menjadi penggiat seni.
Baginya, musik dan lagu Jawa adalah sebuah kesenian yang dapat menghiburnya. Beberapa waktu lalu, kami berhasil bertemu dengan Engkus, dan sedikit mengobrol dengannya.
“Saya sangat senang dengan dunia sinden, musik dan lagu jawa sangat menghibur saya,” Ujarnya saat diwawancarai di daerah Nol Kilometer Yogyakarta.
Kesukaannya dengan dunia tarik suara, sudah ia dalami sejak masih belia.
Engkus mulai belajar di dunia tarik suara sejak ia duduk di bangku sekolah menengan pertama atau SMP.
Tidak beda dengan pemuda belia lainnya, Engkus mengaku bahwa ia pernah menyukai lagu yang bergenre pop.
Namun, seiring berjalannya waktu ia mulai tertarik dengan lagu-lagu Jawa dan mencoba untuk serius dengan menjadi seorang sinden Jathilan.
Kecintaannya pada lagu jawa juga tidak lepas dari peran keluarganya, terutama sang ayah.
Engkus mengaku kalau kecintaannya pada lagu Jawa dimulai karena sang ayah yang sering nembang atau melantunkan lagu-lagu Jawa. Dari situlah, Engkus mulai merasa terbiasa dengan lagu Jawa, dan mulai muncul kecintaan terhadap lagu-lagu Jawa.
“Saya mulai menyukai lagu Jawa karena ayah saya yang sering “nembang Jawa” saat bersantai disore hari bersama keluarga,” ujarnya.
Pemuda yang Juli kemarin baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 20 ini kini masih menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, ia kini berstatus mahasiswa di Kampus Akademi Manajemen Yogyakarta.
Selain ia peduli pada kebudayaan, ia juga peduli terhadap pendidikannya, ia tetap serius menuntut ilmu.
Namun, tidak hanya belajar, disela-sela waktu menuntut ilmu dan belajarnya, dia masih sering menerima pekerjaan nyinden.
Sebagai pecinta budaya terutama budaya Jawa, Engkus tidak pernah merasa malu mengakui kecintaannya tersebut, walaupun teman-temannya yang lain lebih memilh untuk menyuki lagu yang bergenre rock, atau hardcore.
Baginya, mencintai lagu Jawa dan menjadi sinden Jathilan merupakan kebanggaan tersendiri.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.