Minggu, 5 Oktober 2025

Blog Tribunners

Tradisi Menculik Calon Mempelai Wanita Suku Sasak

Menurut adat istiadat yang berlaku di suku Sasak, cara itu dianggap lebih kesatria.

Penulis: Esty KoMa KoMa

TRIBUNNERS - Ada tradisi unik yang dimiliki oleh suku Sasak, penduduk asli Pulau Lombok. Sebelum melangsungkan pernikahan, calon mempelai pria yang disebut teruna oleh masyarakat suku Sasak, harus menculik calon mempelai wanita secara diam-diam tanpa sepengetahuan keluarga mereka. Jika dalam sehari semalam, gadis tersebut tidak terdengar kabarnya maka dia dianggap sudah menikah.

Menurut adat istiadat yang berlaku di suku Sasak, cara itu dianggap lebih kesatria dibandingkan meminta secara hormat kepada orangtua calon mempelai wanita.

Meskidemikian ada aturan yang harus dipatuhi. Aturan itu antara lain, calon mempelai pria harus menculik di malam hari, dan harus membawa teman atau kerabat sebagai pengecoh dan saksi serta pengiring supaya proses penculikan tidak terlihat oleh siapapun.

Namun jika aksinya terlihat maka sang Teruna harus dikenakan denda oleh pihak keluarga perempuan ataupun desa.

Setelah si gadis berhasil diculik, gadis tersebut tidak boleh dibawa langsung ke rumah sang Teruna tetapi ke rumah kerabat laki-laki terlebih dahulu.

Setelah beberapa malam, keluarga kerabatnya tersebut akan mengirimkan utusan untuk memberitahukan kepada keluarga pihak gadis bahwa anak gadisnya telah diculik.

Prosesi pemberitahuan ini disebut nyelabar.

Dalam proses ini pun terdapat beberapa peraturan yang harus dilakukan. Setelah semua proses telah dilalui maka terjadilah pernikahan.

Prosesi pernikahan akan dilakukan di atas Berugak dan dikelilingi oleh kerumunan masyarakat.

Pengantin laki-laki harus menjalankan prosesi dengan benar, jika ada salah satu kesalahan yang dilakukan dan masyarakat mengucapkan tidak sah maka harus diulang kembali sampai bisa.

Acara prosesi pernikahan suku Sasak Lombok ini akan diiringi oleh musik tradisional asli Lombok yakni Gendang Beleq dan sebagian menggunakan Kecimol.

Iringan musik ini akan terus ditabuh hingga menuju rumah pengantin perempuan.

Pengiring-pun tak jarang akan berjoged bahagia dan mereka akan disambut oleh keluarga pengantin perempuan dengan jamuan tradisional suku Sasak. Pada prosesi ini akan terasa haru karena pengantian perempuan akan menangis di kaki orangtuanya karena selama proses mulai dari penculikan dan prosesi Nyongkolang, pengantian perempuan tidak dapat bertemu dengan orangtuanya.

Uniknya, ada mitos dan kepercayaan yang masih di pegang oleh warga suku sasak tentang tradisi nyongkolan.

Menurut kepercayaan lama, jika tradisi nyongkolan tidak digelar setelah prosesi akad nikah sang pengantin, maka rumah tangga sang pengantin tersebut biasanya tidak akan bertahan lama atau keturunan dari pasangan pengantin ini bias terlahir dalam kondisi cacat fisik.

Belum ada yang bias membuktikan kebenaran ini , namun yang pasti hingga saat ini nyongkolan masih terus dilaksanakan dan tak jarang dapat menyebabkan kemacetan pada ruas-ruas jalan di Pulau Lombok.

Selengkapnya

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved