Rabu, 1 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Semangat Mandiri Mitra Dompet Dhuafa Tanjung Pasir

Merekalah ibu-ibu tangguh yang setiap hari berjualan ikan, membantu suami dalihnya.

Editor: Rendy Sadikin
Istimewa
Foto Goniah dan kondisi Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir. 

Tulisan kiriman dari Dompet Dhuafa

TRIBUNNEWS - “Usaha jalan, tapi salat jangan ditinggalin, ya Pak Slamet ya,“ lugas Goniah sembari tersenyum. Itulah Goniah, salah satu mitra program Pemberdayaan Nelayan Dompet Dhuafa di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Tangerang.

Melihat kondisi lingkungan Kampung Garapan memang memprihatinkan. Masih banyak berdiri rumah-rumah bilik berlantai tanah. Bangunan permanen rata-rata memiliki tembok yang mengelupas terkena abrasi laut.

Mayoritas penduduknya adalah nelayan. Menuju Kampung Garapan harus memutar melewati empang-empang dan jalan konblok berukuran 2, 5 meter. Terisolir mungkin opini bagi orang yang baru pertama mengunjungi desa tersebut.

Di balik kondisi lingkungan yang memprihatinkan ternyata mampu melahirkan jiwa-jiwa tangguh yang bertarung melawan keadaan. Merekalah ibu-ibu tangguh yang setiap hari berjualan ikan, membantu suami dalihnya. Semangat untuk memperbaiki ekonomi mereka tempuh untuk masa depan yang lebih baik katanya.

Goniah merupakan salah ibu hebat tersebut. Ia adalah mitra program pemberdayaan Dompet Dhuafa yang bekerja sama dengan Yayasan YARSI. Setiap hari ia berjualan ikan mentah dan terasi rebon keliling desa.

“Tiap hari ya gini (sambil memanggul baskom berisi ikan), emang udah kerjaannya. Kalo gak gini dapet tambahan dari mana?” ungkapnya.

Melihat pekerjaannya membuat tercengang. Biasanya pukul 02.00 WIB, dia dan ibu-ibu lainya berkumpul di ujung kampung. Mereka menanti mobil bak terbuka untuk diantar ke pasar ikan Kamal.

Harga di Tempat pelelangan ikan di Tanjung Pasir lebih tinggi dari pada tempat lain membuat mereka harus rela belanja dengan jarak yang cukup jauh. Ini dilakukan agar mendapatkan harga yang lebih rendah sehingga menjualnya pun lebih mudah.

“Kalo di Tanjung mah mahal pak, klo beli di sana gimana jualnya. Orang sini mah nyari ikan yang harga 5 ribu, 10 ribu gitu pak,” ujar Ibu 2 anak ini.

Ia berjualan keliling dengan berjalan kaki dari satu rumah ke rumah yang lain, dari satu gang-gang yang lain. Uniknya mereka tidak berebut langganan, masing-masing sudah ada langganan sendiri.

Biasanya mereka berjualan sampai jam 11.00 WIB. Melihat mereka berjalan di bawah teriknya matahari pesisir, membuat terenyuh. Betapa kuatnya tekad mereka.

Rata-rata pendapatan Goniah Rp50 ribu-Rp100 ribu per hari. Pendapatan mereka bisa habis dalam sehari mengingat budaya konsumtif masyarakat pesisir yang tinggi.

“Uangnya buat belanja buat jajan anak buat bayar pinjaman, buat bayar sekolah. Jajan anak aja kadang Rp10 ribu kadang Rp20 ribu sehari,” lanjutnya.

Setelah mendapat modal bergulir dari program Dompet Dhuafa dan Yayayasan Yarsi, ia pergunakan untuk modal menambah barang dagangan.

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved