Kamis, 2 Oktober 2025

Blog Tribunners

Muktamar Muhammadiyah

Kethoprak Muhammadiyah Semarakkan Muktamar

DALAM rangka memeriahkan Muktamar Muhammadiyah ke 46

Penulis: sulistyawan
Editor: Prawira
DALAM rangka memeriahkan Muktamar Muhammadiyah ke 46,  Pengurus Wilayah Muhammadiyah bekerjasama dengan Komunitas Seniman  Tjontong menyelenggarakan pementasan " Kethoprak Muhammadiyah " pada Selasa (6/7/210) nanti di Taman Budaya Yogyakarta.

Lakon yang diambil adalah " Pletheking Surya Handadari " ( Ketika Matahari Terbit ) yang dimainkan oleh para pengurus wilayah

Muhammadiyah DIY, Pengurus Wilayah Aisyiah DIY ,seniman serta para wartawan di Jogja.

Sutradara sekaligus penulis nakah kethoprak Nano Asmorondono mengungkapkan bahwa pementasan kethoprak ini merupakan upaya  memberikan hiburan bagi para kader Muhammadiyah yang ingin mencari suasana lain di arena muktamar. Pementasan diyakini akan menjadi istimewa karena melibatkan para tokoh muhammadiyah seperti : Ketua PP Muhammadiyah Dien Samsudin, Tarzan Srimulat, serta Walikota Yogyakarta Herry Zudianto. " Tampilnya para tokoh ini akan membuat pementasan menjadi luar biasa, " ujar Nano.

Dipaparkan Nano, Kethoprak Muhammadiyah yang dipentaskan merupakan salah satu sarana dakwah lewat seni. Hal itu sesuai dengan cara-cara yang telah dilakukan oleh para Wali pada jaman dahulu. Oleh karena kisah yang ditampilkan juga berlatar belakang cerita religi yang kental dengan pesan-pesan agama. Khusus untuk kisah " Pletheking Surya Handadari " ini, pihaknya mengambil kisah yang berlatar belakang sejarah perjuangan  Ahmad Dahlan. " Kami tidak menampilkan kisah Ahmad Dahlan, tetapi cerita ini mengambil sisi spirit dari perjuangan Kyai Ahmad Dahlan dan Nyi Ahmad Dahlan, tentang bagaimana membangun ummat agar lepas dari kebodohan dan kemiskinan, " ujar Nano.

Pletheking Surya Handadari yang dipentaskan secara kolosal ini berkisah tentang upaya Ki Bagus Radite yang berjuang mengentaskan kemiskinan dan kebodohan. Namun, upaya ini mendapat hambatan dari Ki Suro Tedos yang merasa terganggu dengan segala hal yang dilakukan oleh Ki Bagus radite. Bahkan, Ki Suro Tedos juga merusak bangunan mushola yang sedang dibangun oleh Ki Bagus Radite karena dianggap menyalahi tradisi. Maka konflik antara Ki Bagus radite dan Ki Suro Tedos pun tak terhindarkan. Lantas bagaimana kelanjutan kisah ini ? Kita simak saja pementasannya.

Ditulis Oleh, Sulistyawan

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved