Sabtu, 4 Oktober 2025

Benteng Martello, Saksi Bisu Pendudukan Penjajah Belanda di Pulau Kelor

Benteng Martello juga pernah terdampak tsunami yang dipicu dahsyatnya letusan Gunung Krakatau pada 1883 silam.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS/FITRI WULANDARI
Sejak dibangun tahun 1850-an, Benteng Martello masih berdiri cukup kokoh di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Kamis (10/10/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KEPULAUAN SERIBU - Sejarah mengenai situs-situs peninggalan zaman Hindia Belanda memang selalu menarik untuk dikulik.

Para penerus bangsa Indonesia tentunya harus bisa memahami betapa pentingnya pengetahuan mengenai hal yang berkaitan dengan cagar budaya.

Untuk mendorong peningkatan literasi serta memupuk semangat dalam memaknai perjalanan sejarah bangsa Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Pelestarian Cagar Bidaya dan Permuseuman (PCBM) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggelar Peringatan Hari Museum Indonesia 2019.

Acara ini juga menggandeng Penerbit Balai Pustaka.

Pada puncak Peringatan Hari Museum Indonesia 2019, pemerintah fokus membidik peningkatan literasi para milenial melalui kegiatan wisata sejarah mengunjungi 3 pulau bersejarah yang berada di wilayah Kepulauan Seribu.

Baca: Kisah Pilu Akbar Alamsyah: Hilang Usai Demo di DPR, Ditemukan Sudah Kritis Lalu Meninggal

Ketiga pulau itu adalah Pulau Kelor, Pulau Cipir dan Pulau Onrust.

Bagian dalam Benteng Martello
Bagian dalam Benteng Martello yang dibangun pada 1850-an, di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Kamis (10/10/2019).

Tribunnews berkesempatan mengunjungi tiga pulau yang sangat 'kental' nuansa sejarah masa lalu itu.

Melalui wisata sejarah dalam rangkaian Peringatan Hari Museum Indonesia 2019 inilah, para generasi milenial bisa mengetahui cerita menarik sebelum Indonesia mengalami kemerdekaan.

Baca: Dokter: Wiranto Kena 2 Luka Tusukan Dalam, Dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto

Kegiatan wisata sejarah menelusuri kisah yang tersembunyi dalam 3 pulau ini pun turut melibatkan puluhan siswa SMP, SMK serta mahasiswa.

Mereka diajak mengembangkan wawasan sejarah agar rasa cinta terhadap tanah air semakin tinggi.

Baca: Akbar Alamsyah, Korban Aksi Demo di DPR: Tangis Ibunya Pecah Saat Prosesi Pemakaman

Terkait wisata sejarah ini, salah satu pulau yang menarik perhatian Tribunnews adalah Pulau Kelor, letaknya tidak jauh dari Pulau Bidadari.

Satu hal yang menarik perhatian dari pulau ini adalah bangunan yang terdiri dari tumpukan material batu bata dan menyerupai benteng berbentuk melingkar.

Pemandu wisata kami, Rosadi, menjelaskan cerita di balik dibangunnya benteng-benteng yang ada di pulau-pulau yang berbatasan dengan Jakarta itu, khususnya Pulau Kelor.

Ia menjelaskan benteng ini dibangun sejak tahun 1850-an dan diberi nama 'Benteng Martello'.

"Ini adalah benteng peninggalan Belanda, diperkirakan bangunan ini dibangun tahun 1850-an. Benteng ini namanya Benteng Martello atau 'Benteng Bundar'," ujar Rosadi kepada Tribunnews, di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Kamis (10/10/2019).

Rosadi kemudian menambahkan, dahulu ada beberapa benteng yang dibangun Belanda di Kepulauan Seribu.

Benteng-benteng itu didirikan di empat pulau yang saling berdekatan yakni Kelor, Bidadari, Cipir dan Onrust.

"Konon ada 4 benteng yang dibangun oleh Belanda pada masa itu, benteng di Pulau Kelor, Pulau Bidadari, Pulau Cipir dan Pulau Onrust," jelas Rosadi.

Terkait fungsinya, Rosadi menambahkan, benteng-benteng itu dimanfaatkan sebagai lokasi pengawasan terhadap wilayah yang menjadi 'dermaga' bagi Belanda.

Perlu diketahui, di kawasan itu Belanda sering melabuhkan kapalnya, sehingga diperlukan adanya benteng pengawasan.

"Fungsinya sebagai benteng pengawas. Dulu Belanda bikin satu benteng ini untuk melindungi tempat berlabuhnya kapal mereka," kata Rosadi.

Dermaga tempat berlabuhnya kapal itu, diawasi Belanda melalui 4 benteng yang sengaja dibangun masing-masing pada 4 pulau di kawasan itu, termasuk Pulau Kelor.

"Diapit 4 pulau ini, Belanda bikin satu tempat berlabuh kapal, jadi benteng ini berfungsi sebagai benteng pengawas, pengamannya," tegas Rosadi.

Bangunan benteng tersebut memang masih terlihat cukup kokoh, namun pada banyak sisinya terlihat rusak karena faktor usia.

Benteng Martello juga pernah terdampak tsunami yang dipicu dahsyatnya letusan Gunung Krakatau pada 1883 silam.

Itu berarti kerusakan akibat bencana alam tersebut terjadi sekitar 30 tahun setelah dibangunnya Benteng Martello.

"Dan bangunannya sendiri ini kita nggak bisa melihat secara utuh karena sudah lapuk. Ini juga sempat kena imbas akibat gelombang tidal (tsunami) saat Gunung Krakatau meletus," ujar Rosadi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved