Putri Diana dan Maria Sharapova Pernah Berleha-leha di Pulau Moyo, Sayang Pulau Ini Kurang Terawat
Mendiang Putri Diana dan Maria Sharapova pernah berleha-leha di Pulau Moyo yang cantik ini. Sayang, kurang terawat.
Ia menyayangkan kondisi Pulau Moyo dibiarkan begitu saja. Perbaikan infrastruktur dan pembenahan penunjang pariwisata mutlak dilakukan, dengan tetap menjaga keaslian potensi wisata di pulau itu.
Tak hanya Khushairi yang tersihir di Mata Jitu. Kepala Desa Labuhan Aji Suhardi mengatakan, sebanyak 200 hingga 250 wisatawan datang ke Pulau Moyo setiap bulan.
Mereka bukan turis lokal, melainkan wisatawan mancanegara, sebagian besar berasal dari Eropa.
Wisatawan yang datang ke Moyo pasti mengunjungi air terjun. Selain itu, mereka berwisata bahari, seperti berenang, snorkeling, dan menyelam di taman wisata alam laut seluas 6.000 hektar yang terbentang di Laut Flores. Pulau seluas 32.044 hektar ini memiliki panjang garis pantai 88 kilometer.
Sebuah resor bertaraf internasional bahkan mematok tarif puluhan juta kepada wisatawan yang ke Moyo. Peminatnya tak pernah sepi, bahkan mencapai puncak kunjungan di bulan Agustus. Pengelola menawarkan wisata bahari, wisata pantai, dan wisata petualangan di kawasan hutan serta air terjun.
Terbatasnya infrastruktur di Moyo membuat pengelola resor membangun dermaga sendiri. Bahkan, penduduk lokal yang bekerja di resor itu harus diangkut dengan kapal lewat laut atau menerobos jalan tanah yang rusak sejauh 10 kilometer melintasi hutan dan perkebunan.
Okupasi lahan
Selain masalah infrastruktur, destinasi pendulang devisa negara itu juga dikepung masalah okupasi lahan oleh investor. Sahabudin, warga yang juga makelar tanah, mengatakan, hampir seluruh tanah di tepi pantai telah berpindah tangan ke investor. Tanah itu kini telah dipatok bahkan dipagar rapat.
”Kendati telah dibeli, investor tak kunjung membangun bisnis di Pulau Moyo. Alhasil, harapan warga akan terciptanya lapangan pekerjaan baru tinggal mimpi,” ujar Sarafudin, warga lain, sambil menunjukkan sejumlah bidang tanah di dekat pantai di Moyo yang sudah dimiliki investor.
Buruknya infrastruktur di Moyo menjadi ironi di tengah gencarnya promosi destinasi wisata kelas dunia. Sedihnya, kondisi di Moyo hanya potret kecil dari tantangan pengembangan industri pariwisata di Tanah Air. Salah satunya di Kabupaten Sumbawa Barat, tetangga Kabupaten Sumbawa.
Bupati Sumbawa Barat Musyafirin mengatakan, daerahnya memiliki banyak potensi, terutama pariwisata pantai. Pantai Kertasari menawarkan lokasi berselancar kelas dunia. Sementara Desa Wisata Mantar menawarkan kepada wisatawan untuk menikmati panorama alam melalui kegiatan paralayang.
Selain itu, Sumbawa Barat memiliki delapan gili atau pulau kecil yang berpotensi dikembangkan sebagai destinasi wisata bahari. Pengelolaan gili-gili itu sudah dikerjasamakan dengan investor dari Swedia.
Wisatawan mancanegara itu datang menggunakan kapal pesiar yang berlabuh di tengah laut karena ketiadaan dermaga. Mereka singgah untuk berselancar dan menyelam menikmati panorama bawah laut, setelah itu berlayar kembali tanpa mendarat di Sumbawa Barat.
Wisatawan enggan mendarat ke Sumbawa Barat karena tidak ada akses. Kabupaten di ujung barat Pulau Sumbawa ini butuh pelabuhan di Desa Lalar, Kecamatan Taliwang, untuk pariwisata. Saat ini mereka hanya memiliki pelabuhan besar di Kecamatan Poto Tano.
Namun, jika melalui pelabuhan itu, wisatawan harus menempuh perjalanan darat berjam-jam untuk sampai ke lokasi. ”Orang yang mau berwisata sudah malas duluan kalau tak ada akses transportasi menuju obyek wisata,” ucap Musyafirin. (Runik Sri Astuti dan Yovita Arika)