Travel Icon
Mumi Jiwika Ini Berusia 372 Tahun, Backpacker Devanosa: Pengawetan Gunakan Lemak Babi
Tak seperti proses pengawetan pada mumi-mumi kebanyakan seperti di Mesir masa Firaun, di Jiwika Papua digunakan lemak babi.
MUMI JIWIKA
"Saya boleh berfoto sambil memegang mumi ini Bapak ?"
Tidak kupungkiri, aku sungguh ingin memiliki rekaman momen terbaik bersama mumi asli Indonesia ini.
Bapak Yakobus menggelengkan kepalanya.
Dijelaskannya bahwa hanya kepala suku dan orang-orang terpilih yang boleh menyentuh dan mengeluarkan mumi ini dari tempat persemayaman.
Sosok mumi ini bukan orang sembarangan. Ia adalah panglima perang Suku Mabel yang bernama Wimontok Mabel.
Sebelum meninggal ia sempat mewasiatkan agar mayatnya diawetkan seperti tradisi beberapa suku di Papua.
Honai menjadi rumah khusus untuk proses pengawetan, bukan dengan balsem-seperti yang aku pikir pada awalnya, tetapi menggunakan asap.
Rasa penasaranku pun terjawab mengapa mumi ini cenderung kering kerontang dan berwarna begitu legam.
Sembari mengambil beberapa gambar, aku mengelilingi Mumi Wimontok Mabel dengan begitu teliti.
Bapak Yakobus tak sedikitpun melepaskan pegangannya dari Mumi.
Sungguh, aku yang bukan fotograper saja, merasa begitu terganggu dengan beberapa bagian tubuh Bapak Yakobus yang masuk kedalam bingkai.
Tapi itulah sebuah aturan yang harus kupatuhi.
Mataku memicing pada beberapa ruas tali-tali kecil yang dikalungkan dileher si Mumi.
Konon baru ku ketahui bahwa tali tersebut terbuat dari kayu Nekemo-bahan baku yang sama untuk membuat noken.
"Berapa umur mumi ini Pak ?" Aku kembali cerewet. Bapak Yakobus tersenyum sedikit.