Sabtu, 4 Oktober 2025

Wisata Yogyakarta

Kallantung, Alat Musik Hasil Kreasi Tukang Kayu dari Desa Mangunan, Bantul

Kecintaanya terhadap gamelan dan kemampuannya sebagai seorang tukang kayu membawa Wakiman mengkreasikan Kallantung.

Tribun Jogja/Hamim Thohari
Kallantung. 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM BANTUL - Tidak memiliki latar belakang pendidikan musik.

Namun hal tersebut tidak menghalangi seorang Wakiman (50) untuk mampu menciptakan satu set alat musik berbahan dasar kayu, yang dia beri nama Kallantung.

Kecintaanya terhadap gamelan dan kemampuannya sebagai seorang tukang kayu membawa Wakiman mengkreasikan Kallantung.


Ragam kerajinan dari kayu. (Tribun Jogja/Hamim)

Diungkapkan warga Dusun Mangunan, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, awal mula satu set alat musik ini tercipta untuk keperluan lomba desa wisata se kabupaten Bantul.

"Pada pertengahan Maret 2016 desa kami mengikuti lomba desa wisata, dan saya diberi tanggung jawab untuk menciptakan alat musik baru yang bisa dijadikan potensi dari desa Mangunan," ujarnya.

Kemampuannya mengolah kayu menjadi beragam perabotan, souvenir, dan benda lainnya, membuatnya memiliki ide menciptakan alat musik dari kayu.

Yang juga spesial, kayu yang digunakan adalah kayu limbah.

Nama Kallantung sendiri merupakan singkatan dari Kayu Limbah Laras Gamelan dan Kentongan.

Kallantung ini seperti satu set perkusi yang terdiri dari delapan alat musik, yakni gendongan sebagi pengganti kendang, geduk pengganti gong. Masih ada gambang, keprak imbal, kecer, rek-rek, kecrek, dan kethuk.

Alat musik ini menghasilkan nada yang merupakan gabungan dari dua jenis gamelan, yakni slendro dan pelog.

"Jadi Kallantung ini bisa untuk mengiringi langgam, dan juga menghasilkan musik jatilan," jelas Wakiman.

Untuk menikmati alunan Keprak anda bisa mengunjungi desa wisata Mangunan yang oleh masyarakat sekitar diberi nama Desa Wisata Kaki Langit.

Desa wisata ini tidak hanya menawarkan Kallantung sebagai daya tariknya.

Masih ada potensi lainnya baik potensi wisata alam, dan wisata budaya.

Budi Sutantyo, satu diantara pengurus desa wisata Kaki Langit mengatakan desa wisata ini dirintis sejak awal 2015 yang lalu.

"Beberapa potensi yang coba kami angkat dari desa kami adalah tradisi, seni budaya, kerajinan, souvenir, wisata alam, outbond," ungkapnya.

Di antara paket tradisi yang ditawarkan kepada wisatawan adalah mitoni (memperingati tujuh bulanan wanita hamil) dan merti desa yang dilakukan setahun sekali.

Untuk wisata alam, saat ini yang telah menjadi andalan adalah hutan pinus Mangunan. Dan saat ini lokasi baru yang sedang dirintis adalah kawasan Watu Lawang dan Slembrang.

Jika mengunjungi desa wisata ini, nuansa pedesaan akan langsung anda rasakan.

Masih banyak rumah yang dimiliki penduduknya berbentuk limasan.

Jika ingin merasakan sensasi tinggal di rumah tradisional tersebut dan merasakan kehidupan khas pedesaan, anda bisa menginap di beberapa rumah milik warga.

"Saat ini tersedia sekitar 20 kamar di beberapa rumah yang bisa diinapi oleh wisatawan. Kami juga menyediakan penginapan komunal, berupa satu rumah yang bisa untuk menginap hingga 40 orang," tambah Budi.

Pulang dari desa wisata Kaki Langit, wisatawan bisa membawa beragam kerajinan kayu karya warga setempat, mulai dari figura, kap lampu, meja-kursi, hingga satu unit rumah limasan.

Sebagian warga Mangunan memang sejak lama dikenal sebagai ahli kayu.

"Di sini kami juga punya miniatur rumah limasan yang bisa dibongkar pasang. Jadi pengunjung bisa mengetahui apa saja yang menjadi bagian rumah limasan dan belajar merakitnya," pungkas Budi. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved