Desain Masjid Raya Mandalika Sudah Hampir Komplit
Satu lagi progress pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Lombok, NTB
Lombok itu kuat dengan masjid-masjidnya, bahkan ketika Menpar menyebut Negeri Seribu Masjid saja ada yang complain.
“Lebih pak! Lebih dari 1000! Karena itu, saya sering menggunakan istilah Negeri Sejuta Masjid. Poinnya adalah, banyak masjid bagus, besar, bersih, dan terawat di sepanjang jalan di Pulau Lombok. Ini kekuatan besar,” kata Arief yang ahli marketing ini.
Ini satu-satunya cara untuk menonjolkan keunikan masjid-masjid besar itu adalah dengan lighting. Pencahayaan masjid di malam hari, yang harus dibuat wow. Ini akan menjadi atraksi tersendiri.
Orang akan banyak jalan malam-malam hanya untuk menikmati lampu-lampu masjid yang keren. Kira-kira kelasnya seperti Masjid Nabawi, Madinah, yang artistic dengan lampu sorot.
“Jika masjid-masjid itu segera dipasang lampu yang bagus, ini akan menjadi satu-satunya di dunia. Bisa dipromosikan secara global,” ujar Arief.
Menpar Arief Yahya juga senang jika Masjid Raya Mandalika itu segera direalisasi lebih cepat. Diikuti dengan infrastruktur yang lain yang bisa didahulukan, karena terlalu lama public menunggu actions Mandalika sebagai KEK Pariwisata.
Sudah lebih dari 25 tahun “diam” berhenti tidak ada progress.
“Presiden Joko Widodo juga berpesan ke kabinet kerja untuk mengutamakan pekerjaan infrastruktur, deregulasi dan SDM,” tegasnya.
Menpar juga sudah meminta agar Lombok harus punya bursa ketemu buyer dan seller sendiri dalam kemasan International Halal Travel Mart di 2016. Undang tour and travel dari Singapore, Malaysia, Arab Saudi, UAE, Qatar, Mesir, India, bekas Uni Soviet di Selatan, termasuk China yang juga punya penduduk muslem.
“Jangan kalah cepat. Singapore saja punya kok? Bursa pariwisata halal? Lombok juga harus punya untuk mengukuhkan destinasi halal,” jelas Arief.
Arief Yahya lagi-lagi mengingatkan, soal Kota Ampenan yang pernah dia minta sebagai kawasan café, restoran dan entertainment halal, di desain yang bagus, kelas menengah atas, dibuatkan jalur pedestrian buat berjalan kaki yang longgar, da nada pusat souvenir khas Lombok.
Biar benchmarkingnya mudah, lihat saja apa yang dilakukan Malaysia dengan Bukit Bintang. Di kota, tempat minum kopi, mencicipi teh, minuman segar lain, makanan, snack, bakar-bakaran bernuansa Arab, apa saja ada di situ.
“Buka sampai jam 4 pagi, mengikuti ritme orang Arab, karena siang panas, mereka beraktivitas di malam hari, di malam hari," kata Menpar Arief.