Wisata Aceh
Rupa-Rupa Motif Etnik Aceh Ini Layak Masuk Daftar Belanja Anda
Rupa-rupa motif etnik Aceh ini layak masuk dalam daftar incaran belanja oleh-oleh Anda.
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Berkunjung ke suatu daerah tentu tak lengkap tanpa membawa pulang produk khas daerah setempat.
Ditambah lagi budaya masyarakat Indonesia yang kerap 'menodong' oleh-oleh.
Bagi anda penyuka wisata belanja, tak ada salahnya menambah koleksi fashion item yang bertema etnik.
Unik. Itulah satu kata yang melekat pada produk yang mengusung tema tersebut.
Indonesia yang mempunyai keragaman suku menawarkan rupa-rupa produk dengan sentuhan etnik dari daerahnya masing-masing.

Aneka kerajinan etnik Aceh.
Tak terkecuali Aceh, provinsi ujung barat nusantara.
Jika anda melancong ke Aceh, berikut oleh-oleh yang layak anda tenteng dan masukkan dalam ‘daftar’ belanja.
Rencong, senjata legendaris Kesultanan Aceh
Rencong adalah senjata tradisional Aceh.
Konon benda tajam berukuran kecil ini sudah dikenal sejak masa kesultanan pada abad ke-17 masehi.
Rencong menggantikan kedudukan pedang karena dinilai keberadaannya tidak mencolok.
Pada masa itu budaya ngopi sudah akrab dengan masyarakat, sehingga sultan yang ingin ‘blusukan’ memilih membawa rencong untuk berjaga-jaga.
Kini rencong telah bermetamorfosis dan beralih fungsi menjadi cenderamata.
Terlebih lagi sebilah rencong bukan senjata tajam biasa karena benda ini menyimpan nilai historis.
Di Aceh, rencong kerab dijadikan sebagai cenderamata bagi tamu kehormatan.
Benda tajam yang terbuat dari besi atau kuningan bergagang tanduk atau kayu berukir ini juga populer sebagai souvenir khas.
Pelancong seringkali menyelibkan rencong ke dalam daftar buruan yang diincar untuk ditenteng sebagai oleh-oleh.
Tribun Travel berkesempatan menyambangi ‘dapur’ pembuatan senjata tajam legendaris tersebut di Desa Baet Mesjid Kecamatan Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar.
Daerah itu terkenal sebagai sentra pembuatan rencong kekinian.
Pada zaman Kerajaaan Aceh Darussalam yang berpusat di Kutaraja (sekarang Banda Aceh), para pengrajin berkumpul di Gampong Pande.
Pande bermakna pandai.
Dinamai demikian karena di situlah para pandai besi berhimpun.
“Perbedaan rencong zaman dulu hanya mengenal satu model, jadi semuanya sama. Kalau sekarang rencong sudah banyak dikreasi khususnya pada bagian gagang, ada yang menggunakan tanduk kerbau ada juga yang memakai kayu atau kombinasi keduanya. Selain itu motif ukirannya juga lebih kreatif,” terang Zuhri Hasyim (52) salah seorang pengrajin rencong dari Desa Baet Mesjid Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar.
Zuhri melepas karyanya mulai harga Rp 100 ribu – Rp 120 ribu untuk sebilah rencong.
Itu kalau membeli langsung ke pengrajin yang berlokasi sekitar 25 Km dari pusat Kota Banda Aceh.
Anda tinggal mengikuti Jalan nasional Banda Aceh-Medan dan berbelok ke Desa Baet Mesjid Kecamatan Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar yang berjarak sekitar 1 Km dari jalan raya.
Untuk menuju kemari anda bisa memilih menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum dengan tujuan Kabupaten Aceh Besar.

Kerajinan etnik Aceh.
Jika bepergian dengan menggunakan jasa travel, maka anda tingga meminta untuk memasukkan sentra pengrajin rencong ke dalam destinasi wisata.
Selain Zuhri, di sini terdapat 3 orang pengrajin lainnya yang menawarkan karya serupa.
Jika anda tidak berkesempatan menyambangi langsung pengrajinnya, maka cenderamata itu juga bisa anda dapatkan di toko-toko souvenir di pusat Kota Banda Aceh.
Namun tentu dibanderol dengan harga yang lebih tinggi.
Sentra souvenir tersebar di Jalan Sri Ratu Safiatuddin Desa Peunayong Kecamatan Kuta Alam ataupun Jalan Mohd Djam Desa Kampung Baru Kecamatan Baiturrahman atau juga Jalan Tentara Pelajar Desa Merduati Kecamatan Kutaraja.
Agar tidak berkarat, Zuhri menyarankan membeli rencong yang terbuat dari besi putih.
Selain itu jika memesan langsung ke pengrajin, anda bisa order jumlah dan motif serta mendapatkan semacam garansi jika terjadi kerusakan.
Untuk cenderamata tentu lebih menarik kalau dikemas dalam pigura.
Anda bisa minta sekalian dibuatkan dengan catatan di luar harga rencong.
Bagaimana anda tertarik menenteng oleh-oleh senjata legendaris kesultanan Aceh?
Emas motif pintu Aceh
Bagi anda penyuka barang perhiasan bertema etnik, tak ada salahnya melengkapi koleksi dengan salah satu perhiasan khas Tanah Rencong yaitu emas motif pintu Aceh.
Motif ini cukup populer dan diminati, baik di kalangan warga lokal maupun pelancong.
Motif pintu atau yang dalam bahasa lokal disebut pinto banyak diaplikasikan pada bros, cincin, bandul kalung, kerabu, hingga penjepit dasi.
Pun jika tidak untuk dipakai, emas merupakan investasi yang menjanjikan.
Konon motif yang diadopsi dari pinto khop itu dibuatkan khusus oleh seorang pengrajin Aceh yang berdiam di Desa Blang Oi Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh, Mahmud Ibrahim.
Diciptakan pada tahun 1935 atas permintaan seorang opsir Belanda.
Sang opsir ingin menghadiahi kado yang bernuansa khas Aceh kepada istrinya yang berulang tahun.
Pinto khop sendiri merupakan pintu gerbang yang dilalui keluarga raja pada abad ke-17 yang menghubungkan Taman Sari dengan Gunongan.
Terletak di Kompleks Taman Putroe Phang sekarang yang dulunya merupakan bagian dari Kompleks Bustanussalatin.
Oleh H Keuchik Leumik, seorang pengusaha sekaligus kolektor benda-benda antik dan langka motif yang mulanya hanya berupa bros itu lantas dikembangkan dan dimodifikasi.
Barang-barang antik itu memenuhi museum pribadi milik keluarga itu, sedangkan perhiasan yang telah dikreasi kembali ditempatkan di toko untuk diperjualbelikan.
“Selaku kolektor saya memperoleh perhiasan langka itu dari masyarakat yang umumnya kaum berada. Meskipun mahal tetap saya beli karena barangnya sudah langka guna menyelamatkan warisan budaya,” ujar H Harun Keuchik Leumik.
Harun memaparkan pada zaman kerajaan Aceh mewariskan 250-an motif etnik untuk perhiasan.
Dirinya sendiri mengoleksi emas antik dan langka sejak tahun 1980.
Di antaranya kalung motif dirham yang sejak dibelinya sudah berumur 100 tahun.
Adalagi hiasan dada motif bulan sabit yang dikreasi dengan taburan permata dan cawargi dan telah berumur 150 tahun sejak dibeli olehnya.
Cawargi merupakan aksen perhiasan khas karya pengrajin Aceh.
Perhiasan etnik berupa emas motif pintu Aceh tersedia mulai berat 1 mayam atau 3,3 gram hingga puluhan mayam.
Menggunakan emas 18 - 22 karat.
Motifnya detail dan rapi.
Sekilas terlihat rumit dan hanya bisa dihasilkan oleh tangan-tangan yang terampil.
Perhiasan emas keluarga Keuchik Leumik banyak diburu oleh pelancong dari provinsi tetangga Sumatera Utara, Jakarta, dan pelancong dari negeri jiran Malaysia
Tribun Travel menjumpai Harun yang merupakan generasi kedua dari H Keuchik Leumik di toko emas miliknya di kawasan Pasar Atjeh Lama yang menempati sisi Jalan Tgk Chik Pante Kulu, Banda Aceh.
Pasar tradisional tersebut menempel persis di samping Masjid Raya Baiturrahman yang berlokasi di pusat kota.
Toko emas yang dikenal menjual varian emas motif etnik Aceh tersebut mengambil nama sama dengan pendirinya, H Keuchik Leumik.
Toko ini kerap menjadi rujukan harga bagi warga dan para pedagang emas pribumi lainnya.
Mengikuti tren harga emas dunia yang cenderung fluktuatif.
Umumnya toko-toko di Pasar Atjeh Lama buka mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
Khusus Toko Emas H Harun Keuchik Leumik tutup pada saat jam salat tiba.
Diapit oleh deretan toko emas lainnya milik pribumi dan etnis Tionghoa.
Di Aceh, toko emas ramai didatangi ketika musim lebaran menjelang.
Nah! Bagaimana dengan anda?
Tas bordir
Tas dan perempuan menjadi dua hal yang tak terpisahkan.
Membeli dan mengoleksi tas menjadi kebutuhan dan mempunyai prestisse tersendiri.
Tribun Travel berkesempatan menyambangi langsung salah satu sentra pembuatan tas etnik Aceh yang berada di kawasan Samahani, Aceh Besar.
Sekitar 25 meter dari ibukota Provinsi Aceh. Sentra industri yang dipawangi oleh Dewan Kesenian Nasional Daerah (Dekrasda) kabupaten setempat itu membina 25 pengrajin.
Rata-rata setiap harinya seorang pengrajin menghasilkan 1 buah tas.
Selain dipasarkan, tempat ini juga menerima pesanan sesuai dengan jumlah dan motif model tas sesuai keinginan pemesan.