Minggu, 5 Oktober 2025

Wisata Sumut

Wisata Mangrove di Sei Nagalawan: Belajar tentang Pentingnya Hutan Bakau di Tepi Pantai

Wisatawan cukup melangkahkan kaki untuk mendapat jembatan dari bambu dan melihat pemandangan sesungguhnya dari pohon mangrove yang berlimpah.

Tribun Medan/Silfa Humairah
Wisata mangrove di Desa Muara Maimbai, Sei Nagalawan, Serdang Bedagai. 

Laporan wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Wisata Mangrove di Desa Muara Maimbai, Sei Nagalawan, Serdang Bedagai menjadi destinasi yang menawarkan edukasi tentang pentingnya mangrove untuk keberlangsungan hidup masyarakat sekitar pantai.

Di pintu gerbang parkir, pohon mangrove dari banyak jenis sudah terlihat berjejer menutup pemandangan pantai sangkin rimbunnya.

mangrove
Jadi lokasi favorit foto prewedding. (Tribun Medan/Silfa)

Wisatawan cukup melangkahkan kaki sekitar 30 langkah ke sisi kanan untuk mendapat jembatan dari bambu dan melihat pemandangan sesungguhnya dari pohon mangrove yang berlimpah.

Pemandangan tersebut membuat mata takjub, karena selain tampak asri dan hijau, pantai juga menjadi teduh dan dingin.

Jumiati, pengelola Wisata Mangrove, menuturkan menawarkan solusi pohon mangrove untuk penghijauan, pengasrian dan penghindaran erosi di sekitar pantai.

"Saya sudah melakukan sosialisasi untuk ide wisata mangrove ini sejak 2005, tapi baru berhasil terealisasi di 2014," katanya.

Adapun manfaat pohon mangrove yang cukup mrnjadi perhatian adalah mencegah intrusi air laut,

mangrove
Pengunjung bisa bersantai di pondok-pondok yang tersedia di sana.  (Tribun Medan/Silfa)

Intrusi laut merupakan peristiwa perembesan air laut ke tanah daratan yang menyebabkan air tanah menjadi payau sehingga tidak baik untuk dikonsumsi.

Mencegah erosi, sebagai pencegah dan penyaring alami serta merupakan tempat tinggal yang cocok bagi banyak hewan seperti biawak, kura-kura, monyet, burung, ular, dan lain sebagainya.

Beberapa jenis hewan laut seperti ikan, udang, kepiting dan siput juga banyak tinggal di daerah ini.

"Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini," katanya.

Menurutnya, hutan mangrove juga berperan dalam pembentukan pulau dan menstabilkan daerah pesisir.

Kini sudah ada seratusan ribu pohon mangrobe di area wisata seluas 5 hektare tersebut.

"Kami membuka kelas edukasi bagi pengunjung, dengan membayar Rp 100 ribu, rombongan sebanyak 20 orang akan dibawa keliling dan diperkenalkan segala jenis pohon mangrove dan segala manfaatnya," kata perempuan yang juga disapa Jum ini.

Dikatakan Jumiati, biasanya rombongan dari sekolah dan kampus paling banyak datang di hari Senin hingga Jumat untuk paket edukasi ini.

Harga tiketnya juga lebih murah yakni Rp 6 ribu, sedangkan pengunjung umum Rp 8 ribu.

Di sana juga kerap dimanfaatkan menjadi pasangan calon pengantin untuk pra wedding dan komunitas hunting foto.

Wisata Mangrove dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 1,5 – 2 jam dari Kota Medan dengan menggunakan transportasi umum dan berhenti di Simpang Pantai Klang, Sei Buluh masuk ke dalam menuju lokasi wisata kurang lebih 8 km lagi.

Kondisi jalan sudah cukup baik dan sudah di aspal. Anda bisa naik sepeda motor, mobil maupun bus untuk menuju lokasi wisata ini.

Fasilitas di tempat wisata ini sudah dibilang memadai, karena sudah terdapat kantin, toilet, pondok, tempat sholat, area memancing dan terdapat 3 buah homestay.

Satu homestay berisi 1 kasur ukuran sedang dan satu kipas angin, kamar ini muat untuk 4 orang.

Retribusi masuk lokasi wisata ini Rp 8 ribu dan parkir Rp 10 ribu.

Ada juga harga paket Rp 20 ribu sudah termasuk retribusi uang masuk, menggunakan sampan kecil untuk menuju gerbang wisata mangrove dari danau yang tembus ke area wisata mangrove, serta uang parkir.

Sedangkan harga pondok berkisar Rp 50 ribu hingga 6 ribu.

Desa wisata ini dipelopori oleh sepasang suami istri, Sutrisno dan Jumiati.

Mereka bersama kelompoknya di Koperasi Muara Baimboy bergerak untuk memajukan wisata tersebut dan visi misi mensosialisasikan manfaat mangrove dan cinta lingkungan terhadap pengunjung.

Pasangan suami istri ini juga pernah mendapat penghargaan di tingkat nasional dan internasional.

Seperti Juara Nasional Adhi Bakti Bina Bahari, penghargaan dari organisasi nirlaba Inggris, Oxfam, sebagai pahlawan pangan perempuan (Food Heroes Oxfam) Indonesia tahun 2013.

Di tahun yang sama, Jumiati juga terpilih sebagai salah satu tokoh perempuan inspiratif penerima award Tupperware She Can, atas upayanya dalam penguatan ekonomi dan pemberdayaan perempuan di desanya.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved